Mohon tunggu...
Yusril Izha Mahendra
Yusril Izha Mahendra Mohon Tunggu... Dosen - Mahasiswa Ekonomi Pembangunan

Keberanian Itu Mewabah

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Sambal: Membara di Lidah dan Budaya

17 Mei 2023   13:13 Diperbarui: 17 Mei 2023   13:21 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Indonesia, dengan luas negara mencapai 1.919.440 km tidak hanya menyimpan suku, Bahasa dan budaya yang beragam namun juga makanan. Keanekaragaman pada makanan di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh kondisi geografis (tempat tinggal), keadaan dan budaya dari masing-masing makanan tersebut. Lebih spesifiknya keaneka ragaman tersebut disebabkan ketersediaan bahan bahan baku dari asal daerah makanan tersebut.

Selain itu makanan tidak hanya sebagai sarana untuk pemenuhan kebutuhan gizi seseorang, tetapi juga berguna untuk mempertahankan hubungan antar manusia serta potensi untuk dijadikan daya tarik daerahnya.

Salah satu makanan tersebut adalah sambal. Secara singkat sambal (atau sambel dalam bahasa Jawa dan Sunda) adalah saus, terasi, atau penyedap yang terbuat dari cabai dengan bahan tambahan seperti bawang putih, bawang merah, jahe, dan terasi. Menurut arkeolog Titi Surti Nastiti sambal sudah ada sejak abad ke-10 lalu yaitu ketika cabai telah menjadi komoditas yang diperjual belikan. Bahkan menurut Nastiti dalam teks Ramayana dari abad ke-10, cabai juga sudah disebut sebagai salah satu contoh jenis makanan pangan.

Sumber lain menyebutkan sambal di Indonesia ditemukan Serat Centhini , sebuah manuskrip kuno yang ditulis dalam bahasa Sansekerta yang menyusun pengetahuan tentang agama, seni, dongeng, dan ajaran tradisional Jawa. Karya seni yang diterbitkan sekitar abad ke-10 ini mencatat sebanyak 16 varian sambal di Jawa. Pada tahun 1920-an pada masa penjajahan Belanda, popularitas sambal meningkat di kalangan masyarakat kelas atas Belanda di Indonesia. Sambal menjadi bagian dari rijsttafel (secara harfiah diterjemahkan menjadi "meja nasi" dalam bahasa Belanda), satu set makanan lengkap Indonesia yang rumit yang berisi nasi, lauk pauk, dan makanan khas Indonesia yang terkenal mahal dan dinikmati oleh elit Belanda. Dalam buku resep besar berjudul Mustika Rasa yang disusun dan ditulis pada tahun 1967 di bawah arahan Soekarno (presiden pertama Indonesia), muncul 63 resep sambal di antara 1.600 resep masakan tradisional Indonesia. Selama bertahun-tahun, resep sambal mengalami adaptasi dan bercabang menjadi berbagai macam varietas, dilokalkan terutama menurut selera daerah dan ketersediaan bahan.

Dalam penelitian yang dilakukan Reggie Surya &Felicia Tedjakusuma (2022) menjelaskan bahwa sumatera dan Pulau Jawa memiliki jenis sambal yang paling beragam (64,5%), diikuti oleh Pulau Kalimantan (10,9%), Pulau Sulawesi (9,1%), dan pulau lainnya seperti Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (15,5%). Mayoritas (70,9%) dari varietas sambal di Indonesia menggunakan cabai rawit yang ada di mana-mana sebagai bahan utama.

Penelitian yang telah dipublikasikan di Journal of Ethnic Foods, lebih lanjut menjelaskan bahan sekunder/pembantu juga berperan penting dalam menentukan cita rasa sambal. Sementara cabai menentukan tingkat kepedasan sambal, bahan sekunder sering memberikan karakteristik unik dan identitas khas yang akan membedakan sambal dari varian sambal lainnya. Bahan pembantu yang paling banyak digunakan dalam resep sambal Indonesia adalah bawang merah (80,0%), bawang putih (71,8%), terasi fermentasi (38,2%), tomat (26,4%), dan jeruk nipis (22,7%). Bawang putih dan bawang merah biasa digunakan dalam sambal yang dimasak untuk memperkuat dan memperkaya rasanya.

Beberapa bumbu aromatik dapat memberikan cita rasa unik pada resep sambal lokal, antara lain sambal leunca ( Solanum nigrum ) dari Jawa Barat, sambal kemangi ( Ocimum citriodorum ) dari Yogyakarta, sambal kecombrang ( Etlingera elatior ) dari Jawa Barat, sambal serai ( Cymbopogon schoenanthus ) dari Jawa Barat. Bali, sambal cengkeh ( Syzygium aromaticum ) dari Nusa Tenggara Barat, dan sambal andaliman ( Zanthoxylum acanthopodium ) yang terkenal dari Sumatera Utara (Gambar  3 E) yang menggunakan kulit biji Z. acanthopodiumdalam resepnya.

Saat ini, beberapa merek makanan besar telah mengkomersialkan sambal siap saji yang dapat dengan mudah ditemukan di pasar tradisional, supermarket, dan minimarket.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun