Mohon tunggu...
Yusnaeni
Yusnaeni Mohon Tunggu... Penulis - Blogger

https://yusnaeni.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pernikahan Dini dan Ancaman Gizi Buruk di Banten

9 November 2018   23:15 Diperbarui: 6 Desember 2018   14:08 1670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bidan Musyamah menyerahkan bantuan susu formula dan makanan tambahan bagi warga Desa Lontar, Tirtayasa, Serang, Banten. dokpri

Musyamah tak hanya memantau kondisi kesehatan para penderita gizi buruk di ruang praktiknya.. Ia tak segan rutin mengunjungi penderita dari satu rumah ke rumah lainnya. Kadang-kadang ia membawa bantuan susu dan makanan tambahan berupa biskuit, yang diperoleh dari pemerintah setiap bulannya.

Musyamah mencoba untuk tidak menyerah meskipun lelah. Selamanya ia akan mengabdi untuk desanya. "Karena saya lahir di sini, saya takkan pernah pergi dari desa ini."

Para Ibu Balita Gizi Buruk 

Salah satu penderita gizi buruk di Desa Lontar, Tirtayasa, Serang, Banten. dokpri
Salah satu penderita gizi buruk di Desa Lontar, Tirtayasa, Serang, Banten. dokpri
Balita itu tergeletak di kasur busa tipis bermotif bunga-bunga. Matanya tertutup, ibu jarinya di mulut bibir. Ia tidur nyenyak sejak dua jam lalu. Di kanan kirinya ada banyak mainan. "Dia tadi kecapekan main, lalu tidur," ujar Samsiah, ibu balita bernama Naura Shakira.

Naura kini berumur 1 tahun. Balita perempuan ini diketahui gizi buruk, setelah Musyamah menimbang berat badannya dan hasilnya sangat buruk. Hanya 6,4 kilogram sementara panjang tubuhnya hanya 60 sentimeter. Naura kecil berbadan kurus, lebih cocok ditulis usia 6 bulan  pada kartu posyandu.

Samsiah menikah pada usia 22 tahun. Saat ini memiliki tiga anak. Setiap hari Samsiah harus menunggu toko. Pada saat hamil, Samsiah tidak mengeluh sakit dan lemas. Tidak muntah-muntah dan ngidam. Semua makanan dilahapnya. Tapi sejak anak ketiganya itu lahir, Samsiah sakit-sakitan. Payudaranya bahkan tak bisa mengeluarkan air susu. Naura malang, terpaksa harus minum susu formula.

Tak jauh dari rumah Samsiah, seorang balita sedang digendong oleh seorang pria. Mereka tampak sedang menikmati laut sore itu. Bersama Ovi dan Musyamah saya mendekatinya. 

Balita itu tersenyum melihat kedatangan kami. Tubuhnya sangat mungil. Namanya Janis April. Pria yang menggendongnya itu adalah ayahnya - Salim - salah seorang nelayan yang cukup kaya di Desa Lontar. April kini berusia enam bulan. Berat badannya 4,1 kilogram dan tinggi badannya 55 sentimeter. Saat itu ibunya sedang mandi. Sang ayah berganti untuk menjaga.

Syahroni, ibu Janis, menikah dengan Salim pada usia 15 tahun. Dia hamil pada usia 18 tahun. Jangankan memberi asupan yang baik, pada saat mengandung Janis, Sapiah bahkan tidak sadar jika dirinya hamil. "Sempat menolak, saat tahu dirinya hamil," ujar Sapiah, ibu Syahroni sekaligus nenek Janis.

Gizi Buruk Karena Rendahnya Pendidikan

Gizi buruk biasanya terjadi karena rendahnya pendidikan orang tua. bbc.com
Gizi buruk biasanya terjadi karena rendahnya pendidikan orang tua. bbc.com
Titin sudah banyak menemukan kasus gizi buruk di Banten. Menurutnya, penderita gizi buruk terbanyak ada di daerah Lebak dan Pendeglang. Sebenarnya banyak kasus gizi buruk dan stunting di Kabupaten Serang, namun tidak terdata dengan baik. Biasanya daerah dengan banyak penderita gizi buruk memiliki Indeks Pendidikan Manusia yang sangat rendah.

Artinya rendahnya pendidikan berakibat pada stunting dan gizi buruk pada anak. Karena para orang tua, khususnya ibu tidak memiliki cukup pengetahuan tentang pentingnya makanan yang bernutrisi saat hamil. Selain itu pada saat masa tumbuh kembang anak.

Orang tua yang menikah pada usia dini berpotensi besar melahirkan anak-anak gizi buruk. Pernikahan usia dini sendiri bisa berdasarkan suka sama suka, maupun karena paksaan. Saat ini makin marak kasus pelecehan seksual di daerah pelosok. Sementara orang tua korban selalu meminta pemerkosa untuk bertanggung jawab menikahi anaknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun