Yoga, Homestay Rindu, dan Perjumpaan Tak Sengaja dengan Website yang Tak Ribet
Sejak kelulusan sekolah dasar---yang biasa kami sebut sebagai study tour---sekitar tahun 1992, Jogjakarta sudah menjadi destinasi impian. Bagi sekolah-sekolah waktu itu, kota ini bukan sekadar tempat wisata, tapi semacam ruang nyaman tempat anak-anak bisa belajar mengenal dunia luar sembari liburan. Ada suasana tenang, ramah, dan murah senyum yang tak mudah dilupakan.
Bahkan ketika saya menginjak bangku kuliah, lagu KLA Project yang berjudul Yogyakarta kerap memanggil rindu itu kembali. Di antara larik-lariknya, ada bait yang begitu lekat dalam ingatan:
"Di persimpangan langkahku terhenti,
Ramai kaki lima
Menjajakan sajian khas berselera
Orang duduk bersila..."
Bait itu seperti membawa saya kembali ke sore hari yang lembab di Jalan Malioboro. Duduk di tikar plastik, menyantap makanan hangat sambil menyimak lalu lalang manusia dan bunyi klakson becak yang tak pernah marah. Jogja, entah mengapa, tak pernah kehilangan magnetnya.
Di tengah suasana seperti itulah, berdiri sebuah homestay yang tak hanya nyaman, tapi juga menyimpan kisah inspiratif tentang keberanian untuk berubah. Namanya Homestay Rindu Jogokariyan. Sebuah rumah tua yang dibangun sejak 1982, kini bertransformasi menjadi hunian singgah berbayar dengan sentuhan baru. Pemiliknya, Anugerah Yoga Prabowo, tak sekadar menawarkan tempat bermalam. Ia menghadirkan pengalaman.
Tahun 2023 menjadi momen penting baginya. Ia memutuskan merenovasi bangunan lawas itu, bukan sekadar mempercantik tampilan, tapi lebih dari itu---untuk menjaga apa yang ia sebut rasa nyaman dan kesan mendalam dari setiap tamu. Tanaman-tanaman hias mengisi ruang terbuka, menciptakan kesan asri. Ada ruang tamu khusus yang menjamin privasi, dua kamar tidur ber-AC, dapur dengan fasilitas lengkap, hingga smart TV di kamar utama. Wi-Fi pun tersedia, karena Yoga paham, tamu masa kini tak bisa lepas dari koneksi digital.