Mohon tunggu...
Yusep Hendarsyah
Yusep Hendarsyah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Kompasianer, Blogger, Bapak Dua Anak

Si Papi dari Duo KYH, sangat menyukai Kompasiana

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sertifikasi Produk Halal sebagai Sebuah Kepastian Hukum untuk Kemaslahatan Umat

3 November 2017   13:33 Diperbarui: 3 November 2017   13:46 1699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
banyak pilihan makanan , namun makanan halal dicari oleh semua orang di dunia

Sertifikasi Produk Halal, Jaminan Hidup Aman dan Nyaman untuk Seluruh Umat

Punya pengalaman yang tidak mengenakan soal makanan yang kita konsumsi dan ternyata tidak halal alias haram yang ada di sekitaran kita? Saya pernah mengalami :

1.Ketika makan bakso dan ternyata daging olahan baksonya bukan daging sapi malahan daging tikus danakhirnya terungkap oleh pihak kepolisian. Sialnya saya pernah makan di tempat yang terkenal tersebut ;

2.       Saat kuliah, di mana uang sangat berharga dan pilihan untuk mengganjal perut dan jajanan langganan kami untuk makan malam adalah yang "murmer" murah meriah. Tempat makan kaki lima  yang biasa didatangi anak kost   didera isu tak sedap karena disinyalir menggunakan minyak babi. Lagi lagi saya dan teman satu kostan adalah langganan  di tempat tersebut ;

3.       Saat ke Sumatra Selatan, bersama kawan kawan mengadu nasib ikut test salah satu Bank Pemerintah, kami  mampir kepedagang pinggir jalan , sempat menanyakan apa olahan yang kami santap dan terasa enak tersebut . Sang empunya malah menanyakan agama kami apa? Dan diakhir  kami boleh gratis tanpa  membayar disertai muntahan kawan kawan yang terlanjur makan tadi. Untungnya saya belum makan. Lagi lagi Babilah penyebabnya.  Hehehhehehe

4.       Dua tahun lalu Saat teman teman kantor liburan ke Thailand dan mereka tidak paham bagaimana mencari makanan halal Karen akendala bahasa  ternyata ketika berada di salah satu tempat wisata  pantai dalam suatu kunjungan hamper semuanya tertipu makanan ringan sejenis kerupuk kulit. Mereka fikir itu olahan sejenis kulit sapi atau kulit kerbau seperti di Indonesia dan lagi lagi beberapa teman  tersebut merasakan apa yang namanya kerupuk olahan kulit babi.

5. Saat jalan jalan di kota Medan selama lima hari empat malam  dan menikmati aneka kuliner di tempat tempat yang terkenal . Bersama keluarga dan teman yang kini menjadi Bankir  memesan minuman/   Es Krim yang paling diminati pengunjung , ketika sedang asik asiknya  menikmati es tersebut seorang teman saya yang memang hapal akan kulineran di situ segera menahan saya untuk suapan berikutnya. " Stop sepertinya Aa jangan melanjutkan makan es ini" Serunya sambil menarik mangkuk es  dan mencicipinya . Benar saja dugaannya dan diamini oleh istri saya bahwa bahan kandungan Rumnya sangat banyak. "Hadeeh mau enak saja susah bener disini" Seru ku sambil manyun. Padahal jelas jelas istri saya dan teman  kami ini berjilbab dan menandakan kami muslim, mbok ditanya dulu  apakah yakin saya pesan es ini  sebelum disajikan ke saya.  Hehehehehehe

Begitulah 5 kisah tentang makanan yang sengaja atau tidak sengaja kuyakini haram dan tidak laik untuk dikonsumsi . Saya yakin akan banyak kisah lainnya  lagi yang belum terungkap dari saya dan tentunya para pembaca tulisan ini . Apalagi  di sekitaran kita banyak sekali makanan dan turunannya yang tidak kita ketahui secara pasti bagaimana proses, bahan dan cara mengolahnya sesuai tuntunan kaidah keislaman.

Yang halal itu halal yang haram itu haram tidakb oleh dua unsure itu disatukan. Halal bercampur haram maka akan menjadi haram. Yang haram dibuat seremang remangnya seolah olah halal itulah yang sering terjadi. Padahal Umat Muslim di Negara ini sangat besar jumlahnya di dunia.

Suatu saat  ketika membeli air minum air mineral  bening kemasan botol dengan standar international saya menjadi bingung ketika melihat  di plastic kemasannya ada tergambar tulisan halal. Timbul pertanayaan kenapa air mineral itupun harus di labeli halal ya?

Pertanyaan itu akhirnya terjawab sudah ketika saya menghadiri acara Nangkring Kompasiana dengan Kementrian Agama yang lagi lagi saya  mendapatkan informasi baru bahwasanya Label Halal itu sekarang berada di bawah Kementrian Agama Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun