Selain pembangunan infrastruktur jalan, juga digalakkan pembanguan infrastruktur di sektor transportasi udara, dengan membangun 15 bandara baru, perpanjangan landasan pacu di 27 lokasi dan rehabilitasi terminal penumpang bandara di 13 lokasi. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub JA Barata, pembangunan dan pengembangan insfrastruktur transportasi udara ini banyak dilakukan di wilayah terluar dan perbatasan Indonesia.
Inti dari membangun daerah pinggiran itu adalah membangun  akses konektivitas, yang akan mempercepat dan atau mendongkrak pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut. Di samping itu, yang lebih utama adalah melindungi kepentingan nasional Indonesia di kawasan-kawasan perbatasan, memperkuat daya saing ekonomi Indonesia secara global, memperkuat daerah-daerah dalam kerangka negara kesatuan, dan untuk membantu daerah-daerah yang kapasitas berpemerintahan belum cukup memadai dalam memberikan pelayanan publik.
Pamerintah sangat menyadari, bahwa di era kompetisi yang sedang bergulir saat ini, persaingan di banyak hal semakin mengemuka tidak hanya di bidang perdagangan, tetapi juga persaingan mendapatkan investasi sehingga Indonesia harus mampu menyediakan infrastruktur dan kemudahan dalam berinvestasi. Karena itu, pembangunan infrastruktur Indonesia sentris harus dibarengi perbaikan atau mengevaluasi deregulasi yang ada saat ini.
Jalan Tol Trans Sumatera
Khusus untuk wilayah Sumatera, Presiden Joko Widodo juga mempercepat pembangunan proyek infrastruktur Tol Trans Sumatera. Yang menarik dan menjadi pertanyaan, bagaimana di Sumatera Barat? Tol Trans Sumatera pasti melewati Sumatera Barat. Mumpung pembangunan Tol Trans Sumatera itu belum memasuki wilayah Sumatera Barat, maka menurut pandangan saya, secara geografis dan ekonomis Sumatera Barat yang sangat kaya dengan beragam obyek wisata yang menarik dan unik, yang mendesak mungkin bukan jalan tol. Tetapi memperlebar ruas jalan, dari dua menjadi empat lajur, misalnya.
Kenapa? Kalau jalan tol yang dibangun, Â konsepnya tentu tertutup, maka banyak peluang ekonomi masyarakat yang hilang. Pertama, rumah makan padang di sepanjang lintas tengah Sumatera akan banyak yang tutup. Sebaliknya, jika badan jalan diperlebar menjadi empat lajur, rumah makan dan kedai baru akan banyak bermunculan, di sisi kiri dan kanan jalan.
Jika jalan tol dipaksanan tetap dibuat, maka Sumatera Barat yang berjuluk Ranah Minangkabau ini akan kehilangan keunggulan berupa tempat wisata yang memesona dan dapat dinikmati pengendara. Selain itu pengendara dan wisatawan kesulitan menikmati kuliner Sumbar yang diakui paling enak di dunia, yang selama ini menjadi daya tarik daerah Sumatera Barat.
Membangun untuk perubahan jelas butuh strategi. Agar pembangunan infrastruktur di daerah cepat tertangani, maka yang diperlukan adalah perubahan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Tahun Anggaran 2017 dan seterusnya. Maksudnya, untuk program prioritas penganggaran harus difokuskan (money follows program). Kalau tidak fokus ke suatu program prioritas, maka hasilnya tak akan kelihatan, tidak akan kelihatan barangnya, tak akan kelihatan kemanfaatannya oleh masyarakat.
Jika selama ini anggaran dibagi berdasarkan struktur organisasi, dari Menteri ke dirjen, dirjen ke direktur, direktur ke subdirektur, dan seterusnya ke bawah, maka anggaran akan kelihatan hilang tak membekas karena duitnya mengikuti organisasi yang ada.
Organisasi harus tetap jalan dan diperlukan. Namun penganggarannya harus berbasis prioritas dan fokus dari masing-masing kementerian. Tidak perlu yang namanya setiap dirjen atau setiap direktur atau setiap subdit atau setiap seksi itu ada anggaran. Tidak perlu seperti itu. Itu hanya bagi rata namanya.