Ibadah minggu hari ini, 21 November 2021 mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan pergumulan iman warga gereja di seluruh  dunia karena merupakan ibadah terakhir  berakhirnya tahun gerejawi selama setahun, dan minggu berikut menjadi awal minggu tahun gerejawi yang baru.
Dikenal dengan minggu Kristus Raja menjadi sangat penting karena selain akan melakukan kalkulasi setahun perjalanan yang sudah dilewati, dan akan memasuki awal tahun kelender gereja ditandai dengan minggu adven pertama sebagai tanda menyongsong hari natal selama sebagai puncak perayaan kelahiran Sang Juru Selamat, Yesus Kristus.
Refleksi Minggu Kristus Raja sungguh menggetarkan hati, karena situasi yang sedang dihadapi oleh seluruh umat manusia di muka bumi ini masih dibawah bayang-bayang "maut" pandemi Covid-19. Bila hitungan kita mulai Maret 2020, maka per bulan ini, Indonesia sudah menjalani 21 bulan di bawah tekanan, terkaman, kekacaun bahkan ancaman Covid-19 dalam segala aspek kehidupan. Termasuk mengubah secara paksa semua tatanan yang ada.
Situs worldometer.com pagi ini mencatat, angka kasus Covid-19 seluruh dunia telah mencapai 257.408.440, kematian sudah sampai 5.163.072 orang, dengan kasus sembuh hingga 232.355.767. Sudah menyebar di 222 negara dan teritori di seluruh dunia.
Indonesia sendiri tercatat angka total kasus sebanyak 4.253.098 dengan total kematian 143.723 kasus dan sisanya sembuh 4.101.216 dan sudah hampir menyentuh seluruh wilayah negeri ini.
Apa yang masih tersisa yang masih dimiliki oleh setiap orang, setiap keluarga setelah pandemi covid-19 terus menerus memporak-porandakan kehidupan yang normal menjadi tidak normal? Pertanyaan inilah yang menjadi perenungan dasar mengakhiri tahun gereja dan memaasuki awal tahun kelender baru gereja.
Weinata Sairin dalam sebuah puisinya berjudul Koruptor Menggelepar Di Ventilator mengisahkan bagaimana ludesnya semua materi yang dimiliki akibat covid ini. Harta, uang dan materi seakan lumat tiada bersisa sama sekali.Â
Apa yang masih tersisa? Dan yang tersisa tinggal hal ini, yaitu Iman, Doa dan Harapan. Berikut adalah penggalan awal puisi tersebut.
pandemi ternyata masih  tetap saja bersemi
walau nyaris dua tahun kekuatannya coba dilumpuhkan dengan beragam cara
dengan 5 M, prokes, ppkm, vaksinasi, psbb, isoman, dan lain sebagainya
dana pemerintah
dana swasta
dana keluarga
habis-habisan
kering kerontang
tiada bersisa
yang paling kering dan tanpa sisa adalah dana keluarga
tabungan nol
uang pensiun macet dikunyah
lembaga keuangan nonbank
di keluarga yang tetap eksis adalah iman, doa dan pengharapan
Puisi yang memberikan jawaban tepat dan mendasar saat semua orang kehilangan materi. Sebab, materi yang dimiliki itu harta, uang dan materi lainnya akan hilang sebab itu fana adanya.