Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Bolehkah Karyawan Protes Hasil Review Kinerjanya?

11 Juni 2021   22:53 Diperbarui: 12 Juni 2021   02:42 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://medium.com/extendnode/never-complain-to-your-boss-without-offering-a-solution-9a3337c00d80

Salah satu masalah kritis  yang dihadapi oleh setiap karyawan adalah review  kinerja atas pekerjaan yang dilakukan. Bahkan review atau penilaian kinerja ini juga sering dianggap momok oleh setiap pegawai, karena akan menjadi acuan masa depan karirnya. Artinya, bisa saja masa depannya suram kalau kinerjanya buruk dan sebaliknya, akan cemerlang bila capaiannya kiclong!

Pada umumnya hasil review kinerja karyawan itu cenderung tertutup sehingga karyawan merasa tidak tidak puas. Terutama kalau si karyawan merasa telah bekerja dengan semangat, penuh tanggungjawab dan sesuai dengan aturan main dan target perusahaan. Bila tidak memperoleh penjelasan tentang hasil penilaian kinerjanya, sangat mungkin akan menjadi faktor yang akan melemahkan semangat kerja si karyawan, yang pada akhirnya akan merugikan perusahaan.

Persoalannya adalah bagaimana sikap dan tindakan seorang karyawan ketika hasil penilaian pekerjaannya tidak memuasan baginya? Apakah menerima saja apa adanya dan tetap melakukan pekerjaan seperti biasanya, atau bolehkah si pegawai ini memprotes pimpinannya?

Mendiamkan saja atau memprotes mempunyai konsekuensi yang berbeda-beda. Ada banyak faktor yang harus dipertimbangkan oleh si karyawan sebelum mengambil sikap dan keputusan. 

Paling tidak, harus mampu mengelola kemungkinan yang akan dihadapi. Keadaan seperti ini, si karyawan selalu berada pada posisi tawar yang lemah. Walaupun untuk jangka panjang tidak terlalu bagus dan menguntungkan bagi perusahaan. Karena hasil yang dicapai tidak akan maksimal dalam semua hal.

Gaaya manajemen dan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh perusahaan, sangat menentukan tingkat keterbukaan mereka dalam memberikan penilaian hasil yang dicapai oleh para pegawai. Semakin tradisionlanya sebuah gaya manajemen, dipastikan cenderung tertutup dalam segala hasl. Sebaliknya, semakin maju dan modernnya sebuah gaya manajemen, akan cenderung terbuka kepada pegawai. Bahkan karyawan akan dilibatkan, tidak saja dalam penilaian kinerja mereka, tetapi juga  diikutkan dalam performance planningnya.

Dalam pandangan tradisional, review kinerja karyawan sering dianggap sebagai penyakit ketimbang sebagai obat atau penyelesaian masalah yang berurusan dengan "kinerja pegawai". Sedemikian parahnya, penilaian kinerja menjadi momok yang harus dihindari. Kalaupun tetap dijalankan, maka sangat mungkin akan terjadi banyak penyimpangan, dan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Padahal penilaian kinerja atau juga sering dikenal sebagai  performance appraisal merupakan tahapan sangat penting untuk memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai atau tidak. 

Dan dari sana akan ada tindakan lebih lanjut untuk mempertahankan capaian, atau meningkatkan kinerja ketika masih dibawah target. Oleh karenanya, harusnya penilaian kinerja harus jauh dari segala penyimpangan apalagi rekayasa yang pada akhirnya akan mencelakakan masa depan perusahaan itu sendiri.

Perubahan yang terjadi telah mendorong pergeseran paradigma dalam mengelola kinerja karyawan. Pendekatan Performance Planning dan Review memberikan bobot makna yang terbuka, dibandingkan dengan pendekatan Performance Appraisal yang selama ini cenderung tidak terbuka. 

Dengan pemahaman mendasar bahwa karyawan itu berbeda dengan sumber daya lain yang digunakan oleh perusahaan, karyawan sebagai sumber daya manusia yang memiliki peranan sangat vital dan menentukan dalam mengelola semua sumber daya lainnya demi masa depan perusahaan.

Dalam kontek penilaian kinerjanya, karyawan menjadi simpul sentral yang harus dilibatkan sejak dari perencanaan kinerjanya sampai pada mereview capaian yang ada, dan dengan demikian terbuka lebar ruang bagi si karyawan untuk melakukan improvement baik secara tim kerja, maupun secara individual. Ini menjadi ruang besar bagi karyawan untuk mengeploitasi semaksimal mungkin semua potensi yang dimiliki bagi kemajuan perusahaan.

Oleh karenanya, dalam era yang semakin terbuka saat ini, membuat situasi menjadi mudah diakses oleh semua orang, maka keterbukaan dalam review kinerja karyawan juga semakin tinggi. 

Artinya, karyawan memiliki hak untuk mempertanyakan, bahkan bisa memprotes hasil review kinerjanya bila tidak sesuai dengan apa yang sudah dicapainya secara konkrit. 

Perusahaan-perusahaan yang sangat maju saat ini termasuk dalam kelompok yang menerapkan sistem performance planning dan review secara k yang berpusat kepada peran karyawan yang semakin signifikan dari waktu ke waktu. 

Metode 360-degree feedback merupakan salah satu cara yang bisa dipilih untuk melibatkan semua pihak untuk menilai seorang karyawan dalam melakukan pekerjaannya.

Tidak saja diri si karyawan tetapi juga melibatkan rekan kerja secara hozintal maupun vertikal dan pimpinan yang terkait dengan si karyawan. Cara ini memberikan jaminan review kinerja karyawan mendekati sempurna. 

Yupiter Gulo, 11 Juni 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun