Mohon tunggu...
Dr. Yupiter Gulo
Dr. Yupiter Gulo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, peneliti, instruktur dan penulis

|Belajar, Mengajar dan Menulis mengantar Pikiran dan Hati selalu Baru dan Segar|

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Refleksi Minggu | Sulitnya Bertobat

9 September 2018   15:00 Diperbarui: 9 September 2018   15:39 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.pinterest.com/Mariana MA

Mudahkah bertobat itu? Tentu jawabannya tidak mudah, sebab kalau bertobat itu gampang, maka sudah banyak orang yang bertobat, bahkan mungkin setiap orang melakukannya setiap saat kalau dia mau bertobat.

Bertobat sangat sulit, sebab kalau mudah bertobat maka dunia ini akan menjadi damai dimana-mana. Setiap orang tidak akan takut, atau was-was bila bepergian, walaupun seorang diri saja, karena dia akan berjumpa dengan orang-orang yang baik yang sudah bertobat. Sebab orang yang sudah bertobat pasti menjadi orang yang baik bagi setiap orang.

Mengapa bertobat itu sangat sulit dilakukan? Karena "mengakui" bahwa kita mempunyai kelemahan, kesalahan dan telah melakukan sesuatu yang buruk pada diri sendiri dan kepada orang lain. Kata kuncinya adalah "mengakui" kesalahan, berarti sama seja mengakui dosa, ya..mengaku telah berdosa, sesuatu yang buruk bagi diri sendiri dan kepada orang lain, bahkan kepada Tuhan Allahnya.

Pada umumnya orang cenderung tidak mudah mengakui keburukannya, kesalahannya, kelemahannya bahkan dosanya. Yang ada adalah kecenderungan orang yang mencari pembenaran terhadap semua kesalahan, keburukan dan dosa yang telah diperbuatnya, walaupun sesungguhnya dia sangat menyadari dan memahami bahwa dia melakukan kesalahan, keburukan dan bahkan dosa berat sekalipun.

Dan anehnya, kecenderungan perilaku orang pada umumnya adalah semakin berusaha memberikan pembenaran pada kesalahan dan keburukannya, maka semakin kuat untuk terus membungkus keberdosaaan itu dengan berbagai cara dan strategi, dan semakin kencang untuk terus melakukan kesalahan dan dosa-dosa itu. Artinya, seseorang yang tidak mengakui kesalahan dan keberdosaaanya, maka dia akan terus berada dalam lingkaran keberdosaan yang dilakukannya. Dengan kata lain, dia akan terus bersembunyi dalam lingkaran keberdosaan yang diciptakannya sendiri. Semua sumberdayanya akan dikerahkan untuk menjaga lingkaran tiada berujung itu, sampai ada kekuatan besar yang akan menghancurkan lingkaran dosa itu.

Bertobat itu merupakan sebuah sikap yang membalikkan arah, atau memutarbalikkan arah kehidupannya, 180 derajat, balik kanan atau balik kiri. Dari yang sikap yang semula tidak baik, tidak sempurna, lalu berbalik arah menjadi benar, baik dan menuju kesempurnaan diihadapan Tuhan dan didepan sesamanya.

Bertobat juga berarti sikap dan perbuatan meninggalkan sifat dan kebiasaan yang lama yang menghambat untuk dapat menjalin relasi yang baik dan benar dengan Tuhan dan sesama. Artinya, semua sikap, pikiran, perkataan dan perbuatannya dijalankan sesuai dengan tolok ukur yang dikehendaki oleh Tuhan dalam hidupnya.

Orang yang bertobat tidak lagi berjalan dalam jalannya sendiri, jalan yang dia suka-suka sendiri, atau jalan semau gue saja. Tetapi harus berjalan dalam jalan yang dikehendaki oleh Tuhan sendiri. Artinya, bila seseorang mau bertobat berarti mengikuti jalannya Tuhan Allahnya. Dan oleh karenanya harus mencari, memahami, menghayati dan melaksanakan apa jalan dikehendaki oleh Tuhan.

"Jawab Yesus kepadanya "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi."

Itulah ukuran yang diinginkan oleh Tuhan bagi setiap manusia dibumi ini yaitu saling mengasihi. Mengasihi menjadi takaran sederhana yang ditetapkan agar hidup dibumi ini sungguh-sungguh damai dan sejahtera antara satu dengan yang lain.

Dunia ini hanya akan damai bila dikelola dengan penuh kasih antara sesame dan dengan Tuhannya. Karena kasih merupakan kebutuhan dasar dan universal yang dimiliki oleh setiap manusia. Kasih merupakan bahasa universal yang mampu menhancurkan tembok perbedaan, permusuhan dan dendam kesumat antar sesame. Tiada kekuatan lain yang sangat dahsyat dibandingkan dengan kasih yang menyatukan berbagai perbedaan diantara sesame.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun