Mohon tunggu...
Yunita Sabardi
Yunita Sabardi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Sedang belajar menulis, jika tulisanku absurd memang benar adanya :) terimakasih telah dikritik tapi sebenarnya tak siap.he3

JATENG

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kenangan Bersama Bapak

1 Maret 2021   20:07 Diperbarui: 1 Maret 2021   20:19 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapak adalah sosok lelaki kuat yang kukenal, walaupun sosoknya telah pergi meninggalkanku namun semangatnya menyusup dalam diriku anak tengah, anak perempuan kedua dalam keluarga. Anak termanja saat masih kecil, yaa tentu saja saat kecil karena sekarang tidak lagi, aku menjadi pribadi kuat karena terinspirasi Bapak.

Minggu adalah hari libur sekolah, aku yang masih usia anak sekolah dasar sudah berdandan rapi sepagi itu walaupun libur sekolah. Alasannya karena Bapak akan mengajakku ke tempat kerjanya. Waktu kecil aku suka sekali memakai kaos oblong dan celana pendek selutut, dengan dandanan rambut sebahu yang terurai apa adanya, bisa dibilang aku sedikit tomboi. Agar tak terlihat tomboi yang sebenarnya, ku kenakan bando kecil di atas kepala, hee..

Aku dibonceng naik motor plat merah ke tempat kerja Bapak yang hanya berjarak 200 meter. Seorang petugas keamanan menyapa Bapak. Sejenak Bapak mengajak berbincang, aku berdiri mematung sambil sesekali mataku melihat sekeliling karena saat itu tak tahu juga apa yang dibicarakan. 

Kuikuti langkah Bapak masuk tempat kerjanya yang sepi, tentu saja sepi karena setiap tanggal merah kantor tutup. Aku mengikuti Bapak naik tangga ke lantai dua. Tak ada seorangpun di sana, aku berfikir Bapakku karyawan yang rajin hingga hari libur saja harus datang ke kantor. 

Bapak mulai mengambil tumpukan kertas-kertas seperti sedang mengeceknya kemudian membubuhkan tanda tangan. Aku asik saja bermain di ruangan yang luas, berjalan ke arah jendela melihat mobil yang berlalu lalang di jalan raya. Tepat di depan kantor Bapak, ada sebuah Sekolah Menengah Pertama. 

Aku menghampiri Bapak dan mengatakan jika aku sudah lulus SD, aku mau sekolah di sana. Bapakku mengiyakan dan menyampaikan bahwa aku harus belajar yang rajin agar dapat masuk di SMP favorit tersebut. Saat itu masih 3 tahun lagi aku lulus SD, aku bertekad akan semakin giat belajar.

Tiga tahun kemudian aku lulus SD dengan hasil memuaskan, aku diterima di SMP yang ku idamkan. Aku pikir setiap pagi bisa berangkat bersama Bapak tapi ternyata jam kerja Bapak lebih siang dari jam masuk sekolah. Saat jam istirahat sekolah, sesekali ku pandangi kantor berlantai dua dari seberang tempatku sekolah yang tampak ramai dengan orang-orang sibuk, sambil berfikir Bapakku sedang apa?

Namun begitu, setiap pembagian rapor, Bapak selalu menyempatkan ke sekolahku di sela-sela jam kerjanya.

Kebiasaan Bapakku saat lembur di hari minggu dengan mengajakku ke tempat kerjanya berlanjut hingga aku sudah di Sekolah Menengah Atas, padahal tempat kerja Bapak pun sudah pindah ke luar kota yang jarak tempuhnya menghabiskan waktu 3 jam perjalanan PP. Entah karena aku anak manja atau apa akupun tak mengerti, hanya aku anaknya yang selalu mengikuti Bapak kemana pun. Itu hanya sebagian kecil kebersamaanku dengan Bapak.

Tak pernah kudengar keluhannya walau pulang kerja sampai di rumah dini hari. Barangkali ini yang membuatku menjadi seorang yang tak mudah mengeluh. Tak pernah juga ada amarah untukku dan kedua saudaraku. Bapak telah mengajarkan pada kami kesabaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun