Melanjutkan apa yang telah saya ceritakan pada bagian 1, maka pada bagian 2 ini akan saya ceritakan beberapa hari sebelum keberangkatan dan hari keberangkatan.
Pada hari Selasa tanggal 2 Maret sahabat saya yang pernah mencoba roti gambangnya Rosiy tiba-tiba minta dipesankan roti tersebut. Walhasil saya pun menghubungi si Eneng di Bogor dan memesan untuk hari Kamis. Seperti biasa (ini merupakan kesekian kalinya saya memesan roti ini), roti tersebut diantarkan ke rumah pegawai kantor saya yang tinggal berdekatan dengan si Eneng untuk kemudian dibawa ke kantor oleh pegawai tersebut. Untuk yang belum mengetahui tentang gambang ini, silakan di cari di kompasiana dengan tag 'gambang'. Uni Linda maupun Rosiy sendiri pernah menulis tentang gambang ini. Saya pun memesan lebih 20 potong untuk saya. Kenapa? Setelah pikir-pikir, kayaknya lebih praktis membawa gambang ini daripada membawa roti dan kawan-kawannya.
Pada hari keberangkatan Jumat tanggal 5 Maret, roti gambang sebanyak 19 potong saya bungkus (sepotong saya makan sehari sebelumnya karena ngiler melihatnya). Gambang saya bagi 2 kemasan, 9 potong saya bawa di cabin bag dan 10 potong di bagasi. Pesawat take off jam 16.35. Jam 11.35 saya izin pulang dari kantor, ternyata oh ternyata, jam tersebut bertepatan dengan saat shalat Jumat, beberapa jalur yang biasa saya lewati dan terdapat mesjid, macet. Sayapun muter sana sini. Jam 12.30 saya baru sampe rumah, padahal biasanya 40 menit waktu terlama dari kantor sampai rumah.
Sesampai di rumah saya makan, shalat,siap-siap dan kemudian berangkat. Saya merencanakan untuk menggunakan damri keberangkatan jam 2 dari stasiun Gambir sementara sahabat saya dengan jam yang sama dari terminal Blok M. Jam 1.45 saya berangkat dari rumah dan sampai tepat jam 2 di Gambir sesaat sebelum bis berangkat. Dikarenakan bis yang penuh, saya pun duduk dekat pintu dengan dialasi koran. Saat sampai di Pasar Baru, saya baru tersadar kalau salah satu tas saya berisi e-ticket, reservasi hotel, keterangan tempat-tempat yang akan dikunjungi, scarf dan make up kit tertinggal di mobil. Oh..no! Langsung buru-buru saya telpon ke rumah melaporkan sementara Bapak yang mengantarkan tidak membawa hp dan masih di jalan. Wah paniknya mana saat itu jalanan macet. Sementara bis teman saya baru berangkat jam 2.20 dari Blok M. Saya minta tolong bapak untuk menitipkan tas pada supir bis damri keberangkatan berikutnya tapi bapak, mama dan adik saya tidak percaya. Akhirnya Bapak menyusul dengan mobil. Aduh, saya ngerepotin banget deh. Kalau tahu begini ketahuan tadi dianter pakai mobil saja. Niat mau enggak merepotkan eh malah jadi ngerepotin banget.
Dimana-mana macet, di Pasar Baru, Kemayoran, sesaat sebelum sampai di bandara (terjadi penyempitan jalan), dan di terminal 1. Lebih parahnya, teman saya mengalami macet yang lebih gawat. Saya sampai terminal 2 sekitar jam 3.05 sementara ayah saya sampai 10 menit kemudian.
Saya kalut sekali karena teman saya saat itu masih di tol dalam kota disekitaran Slipi Jaya. Saya pasrah banget, kalau memang rezeki kami untuk berangkat, Insya Allah kami akan sampai disana. Yang jelas, saya enggak mungkin pergi sendiri. Saya bukan penikmat jalan-jalan sendiri kecuali terpaksa. Untuk jaga-jaga, atas inisiatif tawaran Bapak saya, beliau akan menunggu, jika sahabat saya tidak sampai di bandara atau ditolak di check-in counter, ya saya akan kembali pulang ke rumah.
Saya pun masuk ke dalam terminal untuk check-in, dan ternyata.......antriannya panjang banget! Hmm, antriannya model antrian di dufan sih. Pikiran saya paling enggak sejam baru bisa sampai di meja check-in. Selama di antrian saya terus menerus berhubungan memantau keadaan teman saya. Berdebar-debar menunggu kedatangannya. Beberapa kali saya mempersilakan penumpang perorangan dan group untuk melewati saya di dalam antrian. Kira-kira jam 4 kurang, teman saya sampai di terminal 2. Bertepatan dengan sampainya dia di terminal, petugas check-in counter dimana saya akan melakukan check-in tiba-tiba mengurus antrian yang enggak teratur sehingga mengakibatkan kesemrawutan di meja check-in lainnya dan tentunya berakibat protes dari penumpang. Aduh, jadi kaya cerita sinteron nih. Pas saat sahabat saya sampai di meja check-in, pas juga saat pegawai itu kembali ke meja. Langsung petugas itu mengeluarkan boarding pass tanpa memeriksa paspor kami lagi. Ternyata setelah saya masih ada calon penumpang lainnya dengan tujuan yang sama.
Selanjutnya saya pamit dengan Bapak yang telah menunggu sejak dari tadi dan tak lupa mengucapkan terima kasih karena telah rela disusahkan sama anaknya yang satu ini.
Berikutnya adalah mengurus bebas fiskal. Dan lagi-lagi antrian. Dalam hati saya berujar, lain kali enggak deh bepergian di hari Jumat! Di depan saya ada antrian grup dengan tujuan yang sama yang sebelumnya saya beri kesempatan untuk mendahului saya di depan meja check-in. Ternyata mereka menaruh kartu NPWP tidak sesuai dengan nama di paspor sehingga ditolak oleh petugas pengurusan bebas fiskal. Dengan cueknya saya menyelak saja (saya tahu ini perbuatan salah dan saya merasa berdosa tapi waktu juga sudah mepet banget).
Selesai dari bebas fiskal, adalah saat masuk ke bagian imigrasi. Ah,kapan imigrasi indonesia bisa menghargai bangsanya daripada bangsa lain. Meja yang dibuka adalah meja dengan tulisan 'foreigner' sementara meja dengan tulisan 'Indonesia' tutup semua. Padahal saat itu banyak sekali orang Indonesia yang bepergian. Walhasil kami mengantri di bagian 'foreigner'. Seperti biasa tampang jutek pegawai di imigrasi menyambut kami. Mungkin tampang jutek ini berlaku internasional karena belum pernah rasanya saya disambut dengan senyuman walaupun saat saya mengucapkan 'selamat siang' atau sekedar 'hello'.
Beres dengan imigrasi kamipun langsung menuju boarding gate dan ternyata ruang tunggu sudah sepi sehingga kami langsung menuju pesawat. Pegawai security di boarding gate kali ini sedang santai sehingga air minum yang saya bawa bisa lolos dari pemeriksaan. Wah ternyata pesawat cukup penuh, bisa dibilang 90% bangku terisi. Dan rombongan yang berantakan saat di depan meja bebas fiskal merupakan penumpang yang harus ditunggu. Jumlah mereka sekitar 9 orang. Pesawat pun mengalami keterlambatan sekitar 20 menit.