Mohon tunggu...
Boarneges
Boarneges Mohon Tunggu... Profesional -

"Tidak-kah kita merasa kehilangan orang-orang yang selama ini kita andalkan? mari kita melawan lupa,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negeri Kabut Asap, Selama ini Kita Dimana?

26 Oktober 2015   01:08 Diperbarui: 29 November 2015   19:14 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negeri kabut asap. mungkin itulah sebutan yang tepat saat ini (untuk sementara) atas kondisi negeri kita yang sedang darurat asap atas pembakaran hutan yang terjadi. Parahnya, titik api yang semua hanya di beberapa titik, kini bertambah  hampir ke seluruh pelosok negeri, dari Sumatera hingga wilayah Papua. Telah disinggung dari berbagai penelitian maupun diskusi pihak terkait di berbagai media, kebakaran hutan di Indonesia yang berulang hampir tiap tahun, lebih banyak disebabkan oleh akibat perbuatann manusia. Berdasarkan laporan sebuah lembaga riset, faktor manusia merupakan penyebab kebakaran hutan di sejumlah provinsi, dan kasus terbesarnya, seperti yang terjadi saat ini, itu diakibatkan oleh pembukaan lahan oleh masyarakat maupun perusahaan/korporasi.

Dalam tulisan sederhana ini, saya tidak akan membicarakan tentang sanksi kepada perusahaan, tentang peluang yang diberikan oleh pemerintah di daerah, contohnya : Terungkap fakta bahwa menurut Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah No.15 tahun 2010. Di Kalimantan Tengah, untuk membakar hutan seluas maksimal satu hektar orang hanya perlu izin ketua RT. Demikian laporan detik.com. Sementara untuk membuka lahan dengan cara membakar hutan seluas satu sampai dua hektar, hanya cukup izin dari lurah atau kepala desa (http://www.dw.com/id/penyebab-kebakaran-hutan-terungkap/a-18801135).

Atau paradigma yang muncul dan lebih mengarah ke ranah politis, bahwa bencana asap ini sengaja dikondisikan sebagai sebuah praktek Chaos, sebagai sebuah gangguan terhadap Pemerintahan Presiden Jokowi dalam kepemimpinannya, untuk menyebabkan kekacauan yang berujung pada kurangnya simpati rakyat kepada beliau, bahka ada yang memunculkan isu kudeta dengan bahan bencana asap yang melanda negeri ini. Tidak sedikit yang memberikan hujatan, pesimis, sinisme,bahkan makian terhadap kinerja pemerintah dalam menanggulangi bencana ini.

Kita sebagai praktisi lingkungan, DPR yang terhormat, Partai Oposisi dan Koalisi, Para penghujat, para pendukung, para pemerhati, pemuda dan mahasiswa dan semua merasakan dampak asap pembakaran hutan di negeri ini, dimana kita selama ini? Mengapa perhatian dan kepedulian kita terhadap hutan menjadi luput, yang meloloskan para pelaku dalam melakukan perbuatannya. Hal ini bukan sebuah kejadian baru di Indonesia, bukan sekedar masalah biasa, dan bahkan terbukti saat ini, asap memenuhi seluruh negeri dan menjadi sebuah masalah besar.

Sebagai politisi mungkin sedang sibuk membahas Ketua umumnya yang korupsi, partainya yang terpecah. Sebagai mahasiswa dan pemuda, mungkin sedang sibuk beraksi "Turunkan Jokowi!", lalu akhirnya sibuk bagi-bagi masker di pinggir jalan, memajang spanduk dengan tulisan yang sama. Sebagai umat, kita lebih mau membongkar atau membakar rumah ibadah orang lain atas nama agamanya, lalu ketika bencana asap penuhi negeri ini, dimana mereka? Sedang berdoa memohon turun hujan? Atau para oknum-oknum yang bersebarangan dengan pemerintah, mendapat peluang untuk mencaci maki dan menghujat, kesempatan untuk mengangkat berbagai isu yang melemahkan. Atau juga mempertanyakan pemerintahan sebelumnya, bagaimana kinerjanya selama dua periode dalam menjaga hutan kita, pencitraan sajakah? Menanam 1 milyar pohon?

Dengan tidak bermaksud menyinggung beberapa aksi kepedulian di atas, Satu hal yang hendak saya sampaikan adalah, dimana kita selama ini? mengapa baru sekarang kita sibuk?

Sekali lagi, dimana kita selama ini? Sudahkah kita memberikan perhatian terhadap hutan kita selama ini, seperti kita mengoceh atas asap yang memenuhi langit negeri kita, bahkan terekspor ke negeri tetangga? Kita telah melewatkan satu bagian penting atas kondisi negeri kita ini, yaitu hutan kita. Kita terlalu antusias terhadap hal-hal lain yang notabene omong kosong para elit, terkibul oleh permainan musang berbulu domba, ribut atas penilaian kinerja pemerintah tanpa sedikit pun kita peduli atas lingkungan kita. Ini bukan ceramah, hanya sekedar mengingatkan kita kembali untuk tidak terlalu jauh.

Mari kita sedikit melirik hutan kita, memberikan sedikit kepedulian, bukan hanya untuk generasi selanjutnya, tetapi juga untuk kita saat ini. Belum terlambat, mari ita ikut bersama membantu Pemerintah kita dalam menanggulangi bencana asap akibat pembakaran hutan ini dan selanjutnya ikut berkontribusi dalam menjaganya. Negeri memanggil, Hutan kita memanggil!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun