Mohon tunggu...
yuniar rosyidah
yuniar rosyidah Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Pembelajar karya tulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Senyummu Mengalihkan Risauku

31 Desember 2019   09:34 Diperbarui: 31 Desember 2019   11:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita memang tidak bertemu, sudah 9 bulan lamanya tidak ada pertemuan. awal bulan perpisahan kita pasca perpindahanku di tempat kerja aku merasa galau, hampa dan menyayat. Namun, aku harus mampu bertahan. Selalu mencoba mencari tahu bagaimana keadaanmu disana dan bagaimana perkembanganmu. hahahahah... aku ini sedang jatuh cinta atau kasmaran?

oke awal cerita..

Saya mengajar di sekolah swasta, letak sekolah ada di perbatasan kabupaten. Siswanya terkenal nakal, tidak tertib dan sekolah tersebut terancam ditutup jika tahun depan tidak mendapatkan murid. waaahhh PR yang cukup besar.. posisiku pun guru muda yang baru disana.

Tidak jadi masalah guru muda ataupun guru senior, berbagai inovasi dan kreasi diterapkan untuk memajukan sekolah sampai saya rela merintis koperasi untuk menunjang keuangan sekolah. Suatu hari saya pun dipercaya untuk menghandle kesiswaan di sekolah. Rumah ke rumah dan berbagai cara untuk meminta siswa masuk sekolah sungguh luar biasa.

Keinginan siswa berskolah bukan kemauannya sendiri namun paksaan dari orang tua. Itupun tidak luput dari siswa yang kecanduan bekerja sehingga sekolah dikesampingkan. Faktor lain, kemampuan siswa di bawah rata-rata, ekonomi keluarga, dan lingkungan pertemanan yang mengarah pada keadaan negatif.

Sudah 3 bulan lamanya saya mengabdikan diri menjadi guru sekaligus petugas administrasi sekolah. Mayoritas guru adalah guru perempuan sedangkan siswa mayoritas laki-laki. mindset dari siswa bahwa laki-laki lebih tinggi posisinya daripada perempuan sehingga tidak patut untuk mematuhi guru perempuan. ironis bukan? sayapun mencoba merubah mindset itu dengan perlahan setidaknya butuh waktu 8 bulan.

Proses selama 8 bulan itupun tidak mudah, pada bulan ke 4 saya mengajukan pada kepala sekolah merekrut guru PJOK, Agama, PKn, SBk, BK, dan IPA yang memiliki gender laki-laki. Hal ini untuk menyeimbangi pola pikir siswa dan memberi contoh perilaku yang baik pada guru wanita. selain itu sosialisasi kita galkkan untuk mendapat siswa bukan dari keluaran SMP lain.

Kenyataan yang terjadi guru PKn laki-laki berpamitan undur diri karena permasalahan biaya honorarium yang minim. Yah beliau mendapat satuan Rp. 48.000/bulan belum lagi beberapa bulan lagi beliau menikah pasti membutuhkan banyak biaya. guru IPA perempuan juga berpamitan tak lama setelah guru PKn dengan alasan yang sama. seusai keluarnya guru-guru tersebut membuat keseimbangan sekolah dalam menjalankan strukturnya sempat berat sebelah. Saya harus merangkap mapel IPA, Prakarya, SBk, dan administrasi sekolah.

Honor yang diberikan adalah 3 bulan sekali, kami  kumpulan guru muda merasa sedikit keberatan dengan kebijakan tersebut dengan banyaknya tuntutan dari kepala sekolah. Bahkan ketika harga BBM naik guru meminta untuk dinaikkan Rp. 3000 rupiah saja hanya menjadi wacana. sungguh mencengangkan, ada hal yang membuatku memutuskan berhenti memperjuangkan sekolah itu. Saat berada di bulan ke 6 aku mendapat panggilan dari salah satu sekolah swasta yang notabene bonafit.

Saya senang sekali, saya mencoba membagi jadwal seadil mungkin dan mengajukan diri pada kepala sekolah. keinginan tersebut ditolak oleh kepala sekolah dan waka kurikulum dengan alasan guru PJOK yang baru saja masuk juga diterima di salah satu SMP di Yayasan lain. yah, beliau guru PJOK baru yang diterima kurang lebih 1 bulan lalu. Saya diberi pilihan saat itu oleh waka kurikulum bahwa jika saya kekeh menyabang maka guru PJOK itu harus menjadi pengganti pekerjaan saya di sekolah itu.

Sungguh tawaran yang tidak mungkin menurut saya. Sudah jelas SMP yang menerima beliau saat itu lebih baik dan terjamin kesejahteraan gurunya daripada di sekolah ini. Dengan berat hati dan tangis saya relakan bagian saya kemudian saya biarkan guru PJOK tersebut untuk mengajar di dua tempat. Melihat senyuman guru itu membuat saya lega, setidaknya saya telah meringankan bebannya meskipun saya harus merasakan pahitnya resiko yang saya ambil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun