Jika Indonesia serius ingin mencetak generasi unggul di era digital, kampus harus menjadi inkubator technopreneur. Langkah konkret yang bisa dilakukan antara lain:
Reformasi kurikulum agar lebih fleksibel, berbasis proyek (project-based learning), dan terintegrasi dengan dunia industri teknologi.
Program MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) yang digagas Kemendikbudristek perlu dioptimalkan bukan hanya sebagai pertukaran mahasiswa, tetapi juga inkubasi technopreneur muda yang serius: magang di startup, membuat prototipe teknologi, atau bahkan membangun usaha digital sebagai bentuk skripsi.
-
Kolaborasi kampus-industri diperkuat. Startup lokal harus dilibatkan sebagai mitra pendidikan. Jangan hanya korporasi besar saja yang masuk kampus. Startup yang lahir dari mahasiswa harus diberikan mentoring, pendanaan awal, hingga dukungan legalitas usaha.
- Dosen pun harus berubah. Dosen tidak lagi sekadar pengajar teori, tetapi menjadi fasilitator inovasi. Mereka perlu diberikan ruang untuk mendampingi mahasiswa membangun produk digital atau menyusun model bisnis berbasis teknologi
Technopreneur sebagai Jawaban Pengangguran dan Tantangan Globalisasi SDM
Pemerintah sering mencemaskan angka pengangguran terbuka dari lulusan perguruan tinggi. Namun kita lupa, ini bukan hanya soal kurangnya lapangan kerja, tapi karena belum semua lulusan dididik untuk menciptakan peluang kerja itu sendiri. Technopreneurship menjadi jalur baru yang realistis.
Lebih dari itu, tantangan globalisasi sumber daya manusia menuntut lulusan kita punya keunggulan khas yang tidak mudah tergantikan oleh tenaga asing atau otomatisasi. Soft skill seperti kreativitas, kepemimpinan, literasi digital, hingga keberanian mengambil risiko---semuanya ada dalam DNA technopreneur sejati.
Kampus Harus Jadi Arena Inovasi, Bukan Pabrik Ijazah
Sudah saatnya kampus berhenti menjadi mesin produksi ijazah yang gagal mengantisipasi tantangan zaman. Mahasiswa tidak seharusnya dilatih hanya untuk mencari kerja, tetapi didorong menjadi technopreneur yang berani menjawab persoalan sosial dengan solusi teknologi.
Indonesia memiliki potensi luar biasa: jutaan mahasiswa, ratusan kampus, dan ribuan masalah yang menunggu solusi. Jika semua itu dijahit dalam ekosistem technopreneur yang terstruktur dan serius, bukan tidak mungkin generasi muda Indonesia akan menjadi pengubah permainan (game changer) di tengah kompetisi global yang semakin ketat.
Saatnya mengubah narasi: kampus bukan lagi pabrik ijazah. Kampus adalah laboratorium masa depan, tempat technopreneur muda dilahirkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI