Mohon tunggu...
Yuniandono Achmad
Yuniandono Achmad Mohon Tunggu... Dosen - Dreams dan Dare (to) Die

Cita-cita dan harapan, itu yang membuat hidup sampai saat ini

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kunci Sukses Arswendo: Ganti Nama

21 Juli 2019   02:56 Diperbarui: 26 Juli 2019   13:28 1126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Arswendo Atmowiloto | Diambil dari KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo

Orang Jawa punya prinsip, kalau punya anak yang sering sakit-sakitan, maka anak tersebut sedang terjangkit "kabotan jeneng" atau keberatan nama. Sehingga nama sang anak perlu diganti. Presiden pertama kita --Ir. Sukarno- nama aslinya adalah Kusno. Namun karena sering sakit, oleh sang ayah nama Kusno diganti. Menjadi Soekarno.

Dalam buku novel Romo Mangunwijaya berjudul "Pohon-pohon Sesawi", 1999 --halaman 2, disebut ada berbagai prosedur penggantian nama ala Wong nJowo. 

Sang anak perlu --atau purapuranya- ditaruh di lobangan tanah di kebon. Semacam lubang tempat sampah. Pura-puranya dibuang, biar dianggap"mati" sama demit atau setan atawa roh jahat. Semacam anak yang dibuang. 

Lalu diucapkan mantra, "Adigang Adigung Adiguna, Adiguna Adigung Adigang, Adigang Adiguna Adigung, Metua Minggata Matia, Saka Bayi wadon bayi lanang, Bocah lanang bocah wadon, Metua minggata matia, Matia minggata metua e' Adigang Adigung Adiguna. Ben aja kaya kebo kuwate, Ben aja kaya cebong sirahe, ben aja kaya merak umuk'e. E bayi bocah bocah bayi bocah, lanang wadon wadon lanang, gantia balungmu, gantia sirahmu, gantia atimu, gantia jenengmu, gantia niatmu" ... dan seterusnya.

Ganti nama ini terjadi juga pada sang maestro penulis kita, bapak Arswendo Atmowiloto yang meninggal pada hari Jumat Kliwon, 19 Juli 2019 (16 Dzulqaidah), saat usia mendekati 71 tahun. Salah satu referensi menyebut bahwa beliau nama aslinya adalah Paulus Sarwendo.

Saya masih ingat, mungkin beliau diwawancara di sebuah majalah, atau malah televisi. Beliau katakan, nama aslinya adalah Sarwendo. Namun karena kurang sukses (katanya indikasi tidak sukses itu, misalnya, tulisan tidak dimuat-muat) maka beliau punya inisiatif mengganti nama. 

Jadi penggantian nama merupakan inisiatif pribadi. Digantilah nama dari Sarwendo menjadi Arswendo. Kemudian dibubuhi nama bapaknya: Atmowiloto. Sejak itu, konon tulisannya dimuat di banyak majalah. Kemudian selanjutnya dia bikin cerita bersambung, dan juga skenario film, pun buku.

Bung Wendo --nama panggilannya- ini memang susah dibedakan antara bercanda dengan serius. Lihat saja kalau pas beliau muncul di sebuah acara teve, membuat guyon kadang tanpa ekspresi. 

Maka penggantian nama tadi juga ada sedikit bercandaannya. Masak gara gara dari Sar- menjadi Ars- kok njuk dadi priyayi sukses. Walaupun memang benar, beliau betul-betul melakukan penggantian nama tersebut.

Setahu saya, beliau merupakan penulis skenario untuk film kontroversial: Penumpasan G30S (film tahun 1986). Walaupun beberapa sumber di Wikipedia, itu adalah pekerjaan Arifin C Noer (sendiri). Namun beberapa sumber lain menyatakan, mas Wendo-lah penulisnya.

Kesuksesan beliau dimulai dari menjadi pimpinan redaksi tabloid Monitor. Waktu kemunculan tabloid itu, saya masih SD, mungkin tahun 87-an, ya. Majalah monitor punya salah satu slogan "apa yang anda lihat, dengar, dan baca" kurang lebih begitu. 

Jadi tabloid Monitor ini me-monitor TV dan radio. Ada susunan acara TV, dan sinopsis cerita yang bakal ditayangkan nanti. Pada edisi-edisi berikutnya, ada tambahan slogan "sher" dan "lher". 

Saya yakin itu ulahnya mas Wendo, mengingat tingkat kreativitas beliau. Kata sher dan lher untuk menggambarkan liputan terkait artis perempuan dan foto-fotonya. 

Sebenarnya tidak hanya artis, olahragawan juga pernah jadi cover-nya. Saya ingat waktu itu Elyas Pical (petinju ) di masa puncaknya menjadi cover depan tabloid ini. 

Judulnya, "Beta cuman cium cium ...pyar", yang intinya mengutip jawaban Ely Pical saat ditanya bagaimana kalau pacaran.

Sedangkan "pyar" sendiri melukiskan tinju Ely Pical saat latihan, dengan merangsek sansak air, pas ditanya wartawan soal pacaran tadi, dan "pyar" plastiknya pecah.

Monitor ini laku keras, dari semula terbit seminggu sekali, menjadi 2 (dua) kali dalam sepekan.

Lalu saat saya SMP, Monitor memunculkan adik kandung berupa majalah, yaitu majalah Senang. Masih dikomandoi bung Wendo juga (selain Monitor, bang Wendo juga wartawan majalah remaja Hai).

Majalah Senang cenderung memuat keunikan-keunikan manusia, biasanya terkait rekor yang mampu diciptakan wong Indonesia. Majalah Senang terbit di hari Jumat.

Ketika di puncak kariernya, setahu saya naskah sinema elektronika atau sinetron juga digarap pak Wendo. Waktu itu stasiun televisi baru ada TVRI. Namun beliau ini asli Solo, dan suka ndhagel termasuk plesetan, yang dimasukkan dalam naskah sinetron.

Pernah suatu saat sinetron siang hari TVRI, pada hari Minggu, mengambil judul: Sapi'i.

Ceritanya, Sapi'i adalah nama pemuda desa yang memelihara sapi. Sapi'i diceritakan sebagai pemuda yang kurang genap, meski cuma sedikit. Waktu itu ada program pemerintah terkait inseminasi buatan, jadi sapi betina tanpa perlu penjantan bisa halim, #eh hamil.

Ibunya si Sapi'i ini bingung, kok sapi mereka bisa bunting. Dasar orang desa, yang jadi tertuduh malah Sapi'i, dikira pemuda ini yang mengawini sapinya.

Sang ibu menangis gero gero (luluh lantak) membayangkan ulah sang anak. Lalu datanglah PPL atau petugas penyuluh lapangan yang menerangkan persoalan ini.

Plesetan semacam itu menjadi puncaknya pada tahun 1990 dengan adanya kuis pembaca Monitor, terkait siapa yang diidolakan rakyat Indonesia. Maksud saya puncak plesetan adalah ....kepleset beneran. 

Hasil angket atau kuis, Presiden Soeharto menjadi pilihan pembaca nomor 1 (satu), seingat saya ada prof. Habibie juga di 5 (lima) besar, kemudian panglima TNI Try Soetrisno juga ada. Dan bahkan Arswendo masuk sepuluh besar. Sensitivitasnya pooling pembaca tersebut adalah menempatkan Nabi Muhammad di nomor 11 (sebelas).

Sontak, maraklah aksi demo menuntut pembubaran Monitor. Walaupun ada versi lain menyebutkan, sebenarnya Arswendo tidak mau untuk menampilkan hasil angket ini. Namun nasi telah menjadi bubur. Alhasil, Arswendo masuk penjara.

Apesnya, majalah Senang juga dituntut bubar karena memuat karikatur Nabi Muhammad yang memakai jubah, walaupun sebenarnya wajahnya sudah disamarkan.

Waktu itu ada rubrik di Senang yang membahas perihal klenik --kalau tidak salah kolom "mBah Dukun" apa ya, dan seingat saya diasuh oleh kakak Arswendo yaitu pak Satmowi Atmowiloto.

Ada pembaca yang menanyakan, apa arti mimpi bertemu Rasulullah. Kemudian digambarlah karikatur yang melukiskan perjumpaan pembaca dengan Nabi. Majalah Senang turut membubarkan diri --sepertinya pada tahun yang sama.

Itulah kehidupan. Ibarat kata Arswendo ini punya tangan dingin. Setelah ikut membesarkan majalah Hai, kemudian tangan dinginnya menghidupkan kembali tabloid Monitor, menyukseskan majalah Senang, akhirnya tersandung kasus semacam penistaan agama. 

Terkenalnya Arswendo sampai dia dipilih menjadi juri Festival Film Indonesia atau FFI (mungkin era 80-an akhir). Lalu dimuat di majalah yang dia besarkan juga, yaitu majalah Senang di atas, menjadi juri yang "terbatik" (atau: ter-batik). 

Ceritanya saat itu diantara jajaran juri FFI, hanya dia yang tidak berjas, hanya berpakaian batik. Lalu sepertinya ada staf yang mengantar jasnya, dan momen dia memakai jas dengan batik di tengah acara (sambil tersenyum), tidak luput dari bidikan kameramen majalah Senang.

Beberapa jokes yang saya ingat dari almarhum misalnya pernah suatu saat beliau muncul di TVRI, tahun tahun akhir era 80-an, ketika membahas pentas tradisional "ketoprak", kalau tidak salah.

Saat itu sang pembawa acara salah kira. Dikiranya bung Wendo ini orang Yogya. Jawab Wendo, "Saya tetangganya Jogja". Almarhum memang asli Solo. 

Beberapa buku pelajaran di sekolah berbeda-beda dalam menyebut asal ketoprak. Ada yang Yogyakarta, ada yang Surakarta (Solo). Kemudian ketika muncul kontroversi Inul Daratista --waktu itu penampilan Inul diprotes beberapa ulama, termasuk artis dangdut Rhoma Irama, sekitar tahun 2002- si mas Wendo malah nyeletuk (di sebuah teve swasta) kok namanya tidak sekalian saja "Inul Payudara". 

Tabloid Monitor pun terlihat lucu kalau dilihat dari hurufnya yang aneh, bahkan sempat ada salah ketik sewaktu pertama kali terbit. Kesalahan tersebut tinggal diralat pada edisi berikutnya dengan tambahan embel-embel tulisan bagian judul Baru Sekali Terbit Sudah Ada Salah Ketik, kurang lebih demikian. Majalah Senang kurang apalagi lucunya, yang menjuluki Kompas dengan: Koran Berbahasa Indonesia Terbesar di Dunia.

Di penjara kang Wendo tetap menjaga passion menulis. Ada beberapa buku kisah inspiratif di balik penjara yang dia kisahkan. Salah satunya adalah buku "Auk" atau Auh Ah Gelap yang sempat menjadi cerita bersambung di sebuah koran nasional.

Bangkit dari keterpurukan --akibat dimasukkan sel- itulah yang menurut saya menjadi indikasi kesuksesan. Atau sebagai katakanlah kesuksesan yang ke-2 (dua), setelah dia membangkitkan Monitor tahun 1986, dan tutup tahun 1990, serta merintis penulisan saat di penjara. 

Kemudian Bung Wendo memiliki perusahaan sendiri (Atmo chademas persada) pada saat keluar penjara tahun 1995, dan berkibar lagi di teve-teve nasional sebagai komentator sampai saat ini.

Lika-liku karir beliau, bahkan dari masa susah sekolah saat menjadi yatim piatu, dan daya tahan terhadap bantingan hidup, merupakan aspek yang bisa ditiru anak muda nusantara. 

Beliau yang menulis buku "Mengarang itu Gampang", mungkin mengajarkan bahwa Hidup itu Gampang juga, asalkan kerja keras, kreatif dan mempertahankan passion. 

Selamat jalan bapak maestro penulisan kita, mas Sarwendo atau Arswendo Atmowiloto. Rest in Peace, dan semoga meninggal dalam kebaikan (husnul khatimah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun