Mohon tunggu...
Yunia Kusminarsih
Yunia Kusminarsih Mohon Tunggu... Guru - Guru di Sekola Menengah dan Dosen di Perguruan Tinggi Swasta

Dengan menulis kita abadi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kenangan Bersama Guru Idola

27 November 2020   00:10 Diperbarui: 27 November 2020   00:29 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Waktu di SMP aku punya guru idola dia mengajar bahasa Inggris namanya ibu Endang orangnya kecil mungil dan putih. Begitu juga waktu SMA, guru idolaku guru bahasa Inggris. Namanya Ibu Prang (alm.). Waktu kuliah S1 dan S2 pun  aku punya dosen idola Bapak Anhari Basuki dan Ibu Sabarti Akhadiah.

Mereka semua guru-guru hebat. Senyumnya selalu tersungging  mana kala bertemu dengan  murid dan mahasiswanya. Selalu tampil bersahaja, sehingga sedap dipandang. Aku kagum dengan mereka. 

Kelima guru hebat itulah yang menginspirasi ku sehingga menjadi diriku seperti sekarang, "Guru."

Tak kalah pentingnya guru ngajiku al  Mukarrom Pak Kyai Haqi (aku memanggilnya 'mbah Haqi) dan istrinya, serta putranya Kyai Ali Wafa dan istrinya Bu Nyai Mae (aku memanggilnya 'Mak Mae). 

Merekalah yang mengajariku tentang ahlaq, adab, menulis arab, hingga aku lancar membaca Al Qur'an. Mereka keluarga keduaku. Di sana (di surau/langgar) dan dengan mereka aku belajar nilai-nilai kehidupan. 

Aku membantu menimba air, membersihkan halaman, sekali-kali aku diminta tolong oleh mbah Haqqi untuk memijat/menginjaknya (memang terkesan tidak sopan, seorang murid memijat dengan menggunakan kakinya [menginjakkan], namun karena 'dawuh'  beliau aku menuruti saja. Katanya kalau menggunakan tangan tidak terasa). 

Mungkin karena aku murid ngaji kesayangannya atau mungkin karena badanku yang kecil dan ringan, sehingga akulah yang disuruh memijatnya. Aku memang dekat dengan beliau. 

Saat liburan sekolah dan pulang ke kampung halaman di Madura, aku selalu sempatkan "sowan" ke beliau. Hingga menjelang ajalnya, aku diberi kesempatan mendampingi di sisinya (Allahumma firlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu).

Mereka guru-guru luar biasa yang sangat  dominan mewarnai kehidupanku. Lengkap sudah ilmu akhirat dan dunia ku  yang kudapat dari mereka menjadi bekal menjalani kehidupanku agar selamat  dunia dan akhirat.

Keinginanku  yang terpendam di masa kecil semakin kuat saat aku di PTN. Ketika aku lulus S1 aku mencoba melamar di PTN tempat aku kuliah. Namun bukan rezekiku di situ. Lantas aku melamar jadi dosen di PTS di Jawa Tengah, aku diterima namun entah kenapa aku tidak jadi mengambil kesempatan itu.

Aku ingat saat itu (1991) aku mengikuti tes CPNS untuk menjadi dosen di  IKIP Jakarta (saat ini UNJ). Hingga aku mengurungkan  mengajar di salah satu PTS di Jawa Tengah. Rupanya belum rezekiku, aku tidak lolos dalam ujian itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun