Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mata Hati yang Terluka (Bagian Terakhir)

3 Juni 2020   13:00 Diperbarui: 3 Juni 2020   13:02 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          "Aku  mau sekolah di sini, Ma," katanya berharap.

          "Tapi ini demi kebaikanmu , Drey !"

          "Aku bisa menjaga diri, Ma. Mama nggak usah kuatir. Rama itu bukan psikopat. Nggak usah takut,"  tiba-tiba saja dia sudah bisa menenangkan Santi.

          "Kamu yakin dia tidak akan menerormu nanti ?"

          "Ya, dihadapi saja. Tidak usah sembunyi," tantangnya.

          "Kamu siap kalau anak itu ngoceh di depan teman-teman barumu nanti untuk membuka aibmu?" Santi memberikan gambaran lain.

          "Nggak usah terlalu kuatir, Ma! "

Sementara Rama terus menerus berusaha menemui Audrey padahal tak pernah ditanggapi.  Keputusasaannya itu membuatnya sering terlihat berjalan mondar-mandir di depan rumah Santi baik pagi maupun malam. Pagi-pagi sekali ketika membuka pintu, Santi menemukan surat Rama untuk Audrey yang diletakkan di bawah pot bunga. Begitu seterusnya hampir tiap hari.  Namun lama-lama Santi mulai curiga.   Dia menduga Audrey pun membalasnya dengan cara yang sama.

Malam itu dia ke teras untuk memeriksa apakah ada lipatan kertas di bawah pot bunganya. Benar juga ditemukan selembar kertas yang dilipat asal-asalan. Ini surat dari Audrey untuk Rama sebagai balasan surat sebelumnya. Pelan-pelan dibacanya. Santi merasa heran kenapa Audrey menceritakan rencananya untuk mengirimnya sekolah ke Makasar.

"Aku dibuat bingung oleh Audrey ," keluhnya pada Danu. "Dia masih saja  berhubungan dengan Rama padahal katanya mau putus."

"Jangan-jangan masih diancam lagi?" Danu menduga-duga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun