Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengurai Rasa (Bagian Terakhir)

14 Mei 2020   08:37 Diperbarui: 14 Mei 2020   09:41 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harrisvotefrankharris.com

Nampaknya mereka salah kalau mengira hubungan Sinta dan Dennis telah berakhir sehingga pelajaran bahasa Inggris harus dihentikan juga. Kamis sore Dennis mengunjungi apartemen Khoh Gua Min. Dia menawarkan diri untuk kembali mengajar sambil minta maaf atas kelalaiannya  telah meninggalkan mereka begitu lama. Semua orang menyambutnya gembira ketika istri Khoh Gua Min menelpon semua peserta pelajaran bahasa Inggris untuk kembali belajar di rumahnya. Sinta tidak bisa mengikuti pelajaran karena mendapat shift kerja sore.

Jam sebelas malam Sinta baru tiba di apartemennya. Pintu dibuka perlahan sambil menahan kantuk di pelupuk mata. Sepanjang hari dia telah bekerja. Pagi sampai siang  bekerja di bagian cleaning service hotel . Pekerjaan tambahan yang diberikan  oleh seorang pelanggan  Dan's Shell. Bayarannya cukup lumayan untuknya.  

Ketika udara di dalam ruangan menebarkan bau bunga dan rempah., Sinta merasakan keberadaan Dennis . Pasti Dennis telah menggunakan kunci cadangan untuk masuk apartemennya ketika dia sedang bekerja tadi. Seminggu tak berhubungan dengannya telah membuatnya tenang. Lantas kenapa dia datang lagi dengan cara sembunyi-sembunyi seperti ini?  Sinta merasa khawatir jika Dennis melakukan sesuatu yang bisa mencelakainya. Diberanikan diri lebih jauh memasuki ruang tengah.

"Selamat datang," sambut Dennis di ruang tengahnya . Temaram lampu menyamarkan ekspresi wajahnya yang tengah gembira. "Aku sudah masak untukmu , Sinta. Kamu tidak pernah tahu kalau aku koki yang hebat kan?" Dia berjalan  ke meja dan kursi makan tepat di pintu ke luar dari dapur. Sinta mengikutinya demi menjaga ketenangan.  Ada mass potato, roasted chicken dan  mix vegetable salad  disajikan dengan piring-piring ceper di atas meja. Sebenarnya dia sudah tak ingin makan karena yang lebih dibutuhkan saat ini hanyalah tidur.

Belajar dari pengalaman sebelumnya, jika dia tidak menuruti kemauan lelaki muda ini maka akan terjadi masalah. Dennis akan secara impulsif meledakkan kemarahannya dengan berbagai cara. Merusakkan barang-barang , memukuli dirinya sendiri atau melontarkan kata-kata makian. 

Dorongan untuk melakukan tindakan destruktif semakin menjadi-jadi ketika hanya ada mereka berdua. Sinta menjaga agar kemarahan itu tidak muncul pada waktu kebanyakan orang sedang membutuhkan waktu istirahat.  Dia pun mencicipi makanan itu sambil sebelumnya berkata , "Aku tidak bisa makan banyak di waktu malam. Aku hanya akan mencicipi sedikit. Sisanya bisa dimakan besok sesudah dipanaskan."

Malam itu berlangsung aman karena Sinta menuruti semua kemauan Dennis. Membiarkan Dennis tidur bersamanya. Apapun yang diminta dipenuhinya hingga seluruh tubuhnya pegal dan matanya tak lagi bisa terbuka karena kelelahan menderanya. Dennis merasa terpuaskan seakan menjadi orang yang paling penting dan paling hebat  selama bersama Sinta.

Keesokan harinya Dennis membujuk Sinta agar mau tinggal bersamanya. Dia sampai berlutut berkali-kali memohon agar Sinta mengabulkan keinginannya. Karena Sinta termangu dan ragu untuk memenuhi keinginannya , Dennis berjanji untuk berusaha sekeras mungkin mengendalikan emosinya yang berubah-ubah setiap saat.

"Aku akan rutin minum Lithium lagi," bisiknya membuat Sinta membelalak mendengarnya.

"Lithium? Apa itu?"

"Itu obat untuk menjaga keseimbangan cairan kimia di otak supaya aku bisa mengontrol emosi ."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun