Mohon tunggu...
Yuni Retnowati
Yuni Retnowati Mohon Tunggu... Dosen - Biarkan jejakmu menginspirasi banyak orang

Dosen komunikasi penyuka film horor dan thriller , cat lover, single mom

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengurai Rasa (Bagian Terakhir)

14 Mei 2020   08:37 Diperbarui: 14 Mei 2020   09:41 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harrisvotefrankharris.com

Kembali menempuh perjalanan panjang yang menjemukan harus dilakukan lagi. Diawali dengan perjalanan ke Jakarta dengan pesawat kelas ekonomi. Rasa mual di perutnya menandai ketegangan menjelang pesawat take off . Seperti kebiasaan selama ini, Sinta mengunyah permen karet dan memasang head set di telinganya untuk mengurangi efek guncangan pesawat.  Untungnya perjalanan ke New York akan bisa dinikmati karena pesawat yang lebih baik yang akan mengantarkan ke sana.

Begitu sampai di Hartford hatinya berbunga  tetapi kemudian sedikit kecewa karena Dennis tidak bisa menjemputnya. Tidak ada alasan apapun. Dia hanya tidak ingin menjemput. Lewat telpon dia mengucapkan sebaris kalimat yang sungguh aneh terdengar di telinga Sinta. "Aku hanya tidak ingin bertemu kamu sekarang. Aku merasa bukan orang yang baik. Aku sudah melakukan banyak kesalahan. Kalau saja Suamimu masih hidup dia  pasti sudah membunuhku sekarang."

Tak ada yang menjemput  bukan masalah besar. Banyak taksi yang bisa mengantarnya pulang. Hanya saja dia tak habis pikir kenapa Dennis tidak mau menjemput dengan alasan yang  aneh baginya.  Seharusya dia bisa menjemput Sinta dengan mengesampingkan rasa bersalahnya untuk sementara. Jika rasa bersalah demikian kuat menekannya, dia bisa meninggalkan Sinta dengan cara yang baik. Tapi sudahlah, kita tidak bisa memaksakan kehendak pada orang lain. Sinta membuang jauh-jauh rasa kesal yang tidak ada gunanya dibiarkan terlalu lama menyesakkan dada.

Apartemennya masih tertata rapi seperti ketika meninggalkannya. Membuatnya merasa nyaman untuk sejenak beristirahat. Bayangan Dennis diusirnya sampai dia tertidur entah  berapa lama. Dia tergagap bangun begitu mendengar bel pintu berbunyi. Masih dengan mata setegah terpejam dia berjalan menghampiri pintu lalu membukanya.

"Hai,  aku tidak bisa berhenti memikirkanmu," sambut sebuah suara yang sangat dikenalnya. Mata Sinta langsung terbuka lebar melihat Dennis berdiri di depannya.  Dia tersenyum lebar seperti sudah melupakan kalimatnya tadi. Wajahnya berseri-seri matanya berbinar-binar.  Sinta tak bisa mempercayai penglihatannya. Begitu cepat dia berubah. "Bagaimana penerbangannya?"

"Semuanya baik," jawab Sinta singkat. Masih dibuat bingung oleh situasi yang dihadapi. Orang seperti apakah Dennis? Apakah akan menjadi pasangan hidup yang tepat untuk menggantikan Eko

"Bagaimana perasaanmu sekarang setelah Eko tidak ada lagi?" Dennis mulai mengajukan pertanyaan  begitu sudah menemukan tempat duduk yang nyaman untuknya di ruang tengah.

"Aku tidak tahu. Harus sedih atau senang?" sahutnya tanpa menatap langsung ke wajah Dennis yang tiba-tiba membuatnya bimbang untuk memberikan tempat di hatinya. Barangkali sebaiknya mereka mengakhiri hubungan agar terbebas dari rasa dosa yang kerap mengganggu ketenangan hidupnya.

"Aku ingin tinggal bersamamu sekarang. Kamu bisa pindah dari sini ke apartemenku. Kamu perlu suasana baru  supaya lebih gembira setelah kesedihan yang kamu alami ini," kalimat itu ke luar layaknya sabda raja yang berkuasa di depan hamba sahayanya. Sinta jengah dibuatnya. Dia memalingkan wajah tanpa memberikan tanggapan. Merasa diabaikan Dennis mendekatinya ,"Apakah aku tidak lagi penting  buatmu sekarang ? Kamu sedang berusaha menghancurkan aku."

Pertemuan pertama setelah kepulangan Sinta itu berakhir dengan pertengkaran hebat.  Untungnya hanya sebatas perang mulut. Tapi itu pun sudah cukup melukai perasaan Sinta. Jika dibiarkan lebih lama lagi kemungkinan terburuk adalah serangan fisik yang akan diterimanya. Dennis berteriak-teriak seperti orang kesetanan. Mengucapkan kata-kata yang tak pantas diucapkan oleh orang yang  berpendidikan tinggi.

Pelajaran bahasa Inggris untuk para imigran dari Asia mulai terganggu jadwalnya sejak pertengkaran itu. Berkali-kali Dennis membatalkan kelas dengan berbagai alasan hingga semua peserta merasa lebih baik tidak mengharapkan kedatangannya lagi. Ada di antara mereka yang mengetahui pertengkaran hebat di antara Dennis dan Sinta lalu menyebarkan berita itu kepada semua orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun