MUARA TEWEH- Udara yang cukup dingin dengan pekatnya embun pagi menyelimuti kota Muara Teweh pagi itu (25/8). Di pagi itu, aktivitas warga mulai menggeliat, seakan tak mempedulikan udara yang dingin dan pekatnya embun segar dari alam yang masih asri di kota itu.
Hutan belantara yang masih hijau ditambah dengan lekukan sungai Barito menjadikan kota ini semakin indah dengan pesona alamnya. Seolah tak mau kalah dengan aktivitas di darat, aktivitas perahu kelotok, speed boat, dan kapal tongkang bermuatan batubara di sungai Baritopun turut meramaikan suasana sungai pagi itu.
Tak jauh dari pinggiran Sungai Barito, yakni di Pasar Pendopo tampak seorang warga, Siti (45) sedang menjajakan dagangannya dengan memikul sebuah lanjung (tas anyaman rotan khas Kalimantan). Tampak berbagai jenis sayuran hutan segar memenuhi lanjungnya, seperti sulur, rebung, hingga pakispun tersedia.
"Iya ni, baru mau jualan sayuran hasil hutan di sini,"ucapnya dengan semangat
Suasana salah satu pasar terbesar di kota itupun semakin ramai tatkala mentari semakin menampakkan sinarnya. Di pinggir Sungai Barito, kita bisa menikmati indahnya sungai dari Sebuah taman bernama Water Front City sepanjang ratusan meter yang memanjang di pinggiran Sungai Barito.
Tampak pula membentang sebuah Jembatan indah menghubungkan kota Muara Teweh dengan kelurahan Jingah yang selama ini dipisahkan oleh Sungai Barito. Jembatan ini menjadi jembatan kedua yang menghubungkan kawasan kota Muara Teweh yang dibelah oleh Sungai itu.
Sebuah Masjid Islamic Center yang sangat megah juga berdiri di pinggiran Sungai Barito, tepatnya di ujung jembatan Water Front City. Suasana kota Muara Teweh dapat dilihat pula dari atas Jembatan, tampak jejeran pertokoan dan aktivitas masyarakat di pinggiran sungaipun terlihat jelas.