Mohon tunggu...
Yuli Delaveras
Yuli Delaveras Mohon Tunggu... Freelancer - Pengelola Rumah Baca

Pengelola Rumah Baca Bintang dan Storyteller

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

4 Orang Pertama yang Saya Ceritakan tentang Sakit yang Saya Alami

30 November 2019   14:14 Diperbarui: 30 November 2019   14:24 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4 Orang pertama yang saya ceritakan tentang sakit yang saya alami. Justru mereka bukan orangtua, kakak, kerabat, saudara, sahabat, teman atau tetangga bahkan bukan orang terdekat.

Mereka sama sekali tidak memiliki hubungan darah dan keterikatan langsung dengan saya, tapi karena rasa cinta, kasih, kepedulian dan kedekatan yang menguatkan meski saling berjauhan dan hanya berkomunikasi melalui media sosial dan sempat berinteraksi nyata, berbincang, bertatap muka, Tapi tidak dengan si Om. Karena Tuhan belum mengijinkan saya untuk bersilaturahmi dengan beliau.

Saya memberikan sebutan berbeda pada mereka. Saya memanggil nama mereka dengan nama Ayah, Bapak, Bapak dan Om. Siapa sajakah mereka??? Bagaimana respon mereka??? Apakah ada penolakan, kecewa, marah atau bahkan jijik??? Tidak sama sekali. Mereka justru sebaliknya, menguatkan, mendoakan dan membimbing meski dari jauh.

1. Ayah. Sosok yang saya kenal beberapa tahun lalu. Dengan watak dan pembawaannya yang kalem, bijak dan kebapakannya yang selalu menjadi teman cerita dalam suka ataupun duka. Yang akan tiba-tiba menghubungi saya ketika saya salah dan menegur, bahkan tidak jarang selalu memberikan pujian dan rasa bangganya ketika apa yang saya lakukan membuatnya berhasil membimbing dengan petuah-petuah bijaknya.

Bukan hanya sekedar banyak kata-kata semata, namun Ayah berusaha menguatkan dengan berbagai aksi nyata. Tak banyak yang ingin saya katakan untuk beliau, namun saya tahu apa yang sebenarnya saya ungkapkan. Terima kasih Ayah

2. Bapak. Sosok yang luar biasa. Sebagai salah satu dari sekian ribu banyak relawannya. Sebuah perhatian khusus yang diberikan sebagai bentuk kepedulian dan dukungan diberikannya. Pernah saya meminta bantuan dari beliau untuk bisa mendapatkan penghargaan berskala nasional namun beliau menolak lantaran harus bersikap adil pada semua relawannya, dan pada akhirnya saya harus gagal.

Namun dari beliau saya belajar bahwa penghargaan bukanlah tujuan utama yang harus diraih. Tanpa harus banyak berkata-kata, tapi sebuah bentuk apresiasi nyata beliau telah mewujudkan salah satu impian saya. Beliau meminta saya ke Jakarta dan mempertemukan dengan sang idola. Meski saat itu saya tidak bisa berjumpa kembali dengan beliau yang kebetulan sedang sakit.

3. Bapak. Sosok yang mungkin lebih tepatnya jika saya memanggilnya dengan sebutan Om, lantaran beliau belum begitu tua untuk seumurannya. Sempat beberapa kali bertemu, bertatap muka dan berinteraksi setiap kali beliau bertugas di kota Semarang. Beliaulah yang selalu memberikan semangat dan bahkan mendampingi pengobatan saya dari jauh.

Beliau juga menjadi teman diskusi tentang bagaimana yang harus saya lakukan. Dan ketika saya mengalami kecelakaan, beliau datang ke rumah untuk memberikan semangat dan doa agar saya kuat. Kebetulan saat itu beliau juga sedang bertugas di Semarang, lantaran beliau berkediaman di kota Malang. Tak hanya itu, beliau datang dengan membawa susu kefir, amplop besar berisi beberapa buah buku bacaan dan sebuah amplop kecil didalamnya.

Meski singkat, sebelum beliau kembali ke Semarang lantaran jadwal kereta api, beliau sempat mendoakan untuk kesembuhan dengan berlinang air mata. Beliau juga memberikan sebotol air mineral kemasan yang telah didoakan. Dan tidak hanya itu, beliau kembali menghubungi saya kembali untuk memberikan sesuatu sebagai bentuk kasih, dukungan dan kepeduliannya.

4. Om. Beliau sosok yang sangat baik meskipun kita belum pernah sama sekali berjumpa dan selalu gagal setiap ingin menemui saya. Mungkin karena belum ditakdirkan Tuhan untuk saling bertatap muka. Namun kedekatan kita jangan ditanya lagi. Beliaulah yang selalu memberikan semangat, menjadi teman diskusi dan banyak hal pembahasan diantara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun