Mohon tunggu...
Yulida Hasanah
Yulida Hasanah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer and Mompreuner Peduli Generasi dan Keluarga

Hidup ini tempat menyemai pahala, dan menulis adalah salah satu media yang bisa mendatangkan pahala. Hanya orang beriman yang yakin akan hari ditimbangnya pahala dan dosa manusia selama hidup di dunia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dari "Human Trafficking" hingga "Women Trafficking", Masalah Perempuan yang Makin Genting

15 Agustus 2019   19:00 Diperbarui: 15 Agustus 2019   19:10 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Miris, belakangan ini negeri kita terus digoncang pelbagai problema terkait nasib para TKI khususnya kaum perempuan. Setelah ramai pemberitaan tentang pengantin pesanan para perempuan asal indonesia di negeri Cina. Perdagangan manusia atau Human Trafficking telah menjadi masalah akut di negeri ini, dan hal tersebut ternyata telah menjadi masalah lama yang melanda kaum migran.

Menurut data yang dihimpun dari IOM (International Organization for Migration), tercatat sepanjang tahun 2005 sampai 2017 ada sebanyak 8.876 korban trafficking.

Adapun Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat memasuki awal tahun 2018 ada sebanyak 32 kasus  perdagangan manusia dan eksploitasi yang dialami oleh anak-anak (mayoritas anak perempuan) di Indonesia. (OkeZone.com)

Bak bola salju yang menggelinding, masalah perdagangan anak dan perempuan yang menjadi kasus terbanyak dari human trafficking ini semakin tahun malah semakin mengkhawatirkan nasib kaum perempuan (dan anak perempuan). Bagaimana tidak? Tahun 2019, kasus perdagangan manusia dengan bermacam modus menjadi berita yang tak biasa.

Salah satunya adalah yang terjadi di Situbondo, Jawa Timur beberapa hari lalu. Dimana Personel Satuan Reserse Kriminal Polres Situbondo telah mengamankan 12 perempuan, 10 di antaranya berasal dari Bandung Jawa Barat yang diduga menjadi korban perdagangan manusia. Belasan perempuan itu diduga akan dijadikan pekerja seks komersial (PSK) di eks lokalisasi Gunung Sampan di Desa Kotakan, Kota Situbondo, Jawa Timur. (REPUBLIKA.COM)

Hal ini jelas bukan hanya masalah kaum migran saja, namun human trafficking yang lebih tepatnya telah menjadi women trafficking juga menjadi masalah genting kaum perempuan di dalam negeri.

Dan tidak hanya sekedar faktor perkembangan era digitalisasi saja yang menjadi penyebab semakin tingginya kasus perdagangan manusia. Ada faktor dominan substansial yang menjadi akar masalah perdagangan perempuan-perempuan, baik yang ke luar negeri maupun yang ada di dalam negeri.

Semakin tipisnya ketaqwaan individu manusia dan bungkamnya masyarakat dalam melakukan kontrol terhadap lingkungan sekitar juga telah berkontribusi efektif bagi semakin langgengnya kejahatan di tengah-tengah mereka.

Hal ini terjadi, karena cara pandang individu dan masyarakat yang ada saat ini adalah cara pandang yang sekuler kapitalistik individualistik. Di mana, ketaqwaan begitu mahal untuk didapat karena menganggap kehidupan ini tak ada kaitannya dengan syari'at Agama, halal haram tak jadi standart bagi perbuatan mereka.

Ditambah karakter kapitalistik individualistik masyarakat yang memunculkan sikap cuek jika tak ada manfaat materi (keuntungan) yang diperoleh ketika melakukan pencegahan terjadinya kemaksiatan/kejahatan di sekitar mereka. 

Dan yang paling bertanggungjawab dan menjadi faktor paling berpengaruh atas tingginya kasus trafficking ini adalah keberadaan negara yang hanya menjadi penyuluh dan rekapitulasi data. Jelas, hal ini takkan mampu memutus mata rantai masalah yang dialami kaum perempuan di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun