Drama adalah salah satu bentuk karya seni yang paling tua sekaligus paling bertahan sampai sekarang. Kalau kita menengok sejarah, drama punya perjalanan panjang, mulai dari Yunani Kuno sampai berkembang jadi teater modern yang sering kita lihat di panggung atau bahkan di layar televisi dan film.
1. Drama di Yunani Kuno
Drama pertama kali muncul di Yunani Kuno sekitar abad ke-5 SM. Awalnya, drama ini lahir dari ritual pemujaan kepada Dewa Dionysus (dewa kesuburan dan anggur). Dari ritual itu, berkembanglah pertunjukan yang disebut tragedi dan komedi. Tokoh penting yang dikenal sebagai “bapak tragedi” misalnya Aeschylus, Sophocles, dan Euripides. Sedangkan komedi dipopulerkan oleh Aristophanes.
Intinya, Yunani Kuno = asal mula drama, dengan dua genre utama: tragedi dan komedi.
2. Drama di Abad Pertengahan
Setelah zaman Yunani dan Romawi, drama sempat berubah fungsi di Abad Pertengahan. Waktu itu, drama lebih banyak dipakai sebagai media dakwah gereja. Bentuknya berupa “mystery plays” (drama tentang kisah Alkitab) dan “morality plays” (drama berisi ajaran moral). Pertunjukan biasanya diadakan di gereja atau alun-alun kota.
3. Drama di Era Renaissance
Renaissance menandai lahirnya kembali semangat seni dan budaya. Inggris jadi salah satu pusat drama pada masa ini. Nama besar yang nggak mungkin dilewatkan tentu saja William Shakespeare, dengan karya terkenal seperti Romeo and Juliet dan Hamlet. Drama di era ini lebih menekankan sisi humanis, konflik sosial, dan psikologi manusia.
4. Drama di Abad Modern
Memasuki abad ke-19 hingga 20, drama makin berkembang dengan tema yang lebih luas. Drama tidak hanya soal dewa, moral, atau raja, tapi juga menyentuh kehidupan sehari-hari. Tokoh seperti Henrik Ibsen (Norwegia) dan Anton Chekhov (Rusia) dikenal sebagai pelopor realisme dalam drama.