Mohon tunggu...
Yulianto Satmoko
Yulianto Satmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Sederhana dalam berfikir

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Maraknya Kasus Anak Menggugat Orangtua, Salah Didik atau Apa?

4 Maret 2021   20:15 Diperbarui: 4 Maret 2021   20:32 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Belakangan ini cukup banyak kasus anak menggugat orang tua, sebagian besar adalah masalah harta warisan. Pada beberapa kasus biasanya ketika hanya tinggal satu orang tua yang hidup, entah ayah atau ibunya.  

Gugatan itu bahkan memperkarakan orang tuanya ke ranah hukum,  mempolisikan ibu atau ayahnya.

Jika orang tua berharap bisa hidup tenang,  tetap sehat,  ada beberapa yang mengalami semacam tragedi ' air susu dibalas air  tuba'. 

Di kala tua,  di kala tubuh mulai renta dan tidak sesehat dulu,  jangankan peduli,  orang  tua malah dimusuhi. 

Pedang tertajam bagi orang tua adalah kata- kata  dan perbuatan anak yang menyakiti hati. Titik terendah sebagai orang tua adalah ketika sakit dan  anak sama sekali tak  peduli. 

Apakah sebagai  orang tua terlalu berharap pada anak? Atau semakin menua level baperan semakin  menjadi,  ataukah memang benar  hubungan anak dan orang tua  begitu terus terkendala oleh jurang yang menjauhkan? 

Pertama,  di kala orang tua sehat dan bisa melakukan apa saja,  tidak menjadi masalah yang begitu krusial. Orang tua masih bisa mengisi kesibukan,  masih memiliki agenda yang  tidak tergantung sepenuhnya pada anak. Pola asuh dan pengaruh lingkungan mengambil peran besar dalam hal ini.  Pola  asuh yang tidak terus  memanjakan,  memberikan pengertian bahwa untuk memiliki sesuatu dibutuhkan usaha.  Memberi pengertian bahwa segala hal tidak  selalu bisa didapatkan. 

Sebagai contoh : Saya akan membelikanmu sesuatu yang kamu inginkan jika bisa duterina di universitas  X misalnya,  jika  barang yang dibutuhkan itu benar-benar diperlukan namun melebihi budget atau jatah yang seharusnya ada. Misalnya orang tua akan membelikan laptop baru merek Y,  sementara anak ingin dibelikan laptop baru merek Z yang harganya dua kali lipat. Z

Yang kedua,  dendam yang tidak terlihat,  orang tua mungkin tidak sempurna di kala anak masih kecil atau remaja,  pengabaian yang sangat dirasakan oleh anak,  namun orang tua tidak sampai kesana berfikirnya.  Seorang ayah yang terlalu sibuk  mengejar karier dan melupakan momen penting  bagi anaknya.  Segala sesuatu yang mengendap sebagai ganjalan dan duri dalam daging kelak. 

Yang ketiga,  pengaruh lingkungan  dan teman  anak.  Menjadi hal yang bersifat permisif ketika melihat  teman-temannya tak memiliki rasa hormat  pada orang tuanya,  hingga terasa sah saja melakukannya. 

Yang keempat,  pengaruh dari orang terdekat anak yang jauh lebih ditaati,  pengaruh istri pada suami atau suami pada istri yang kurang hormat pada mertua dan sebagainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun