Mohon tunggu...
Yuliana Puspita
Yuliana Puspita Mohon Tunggu... Wiraswasta - Life Traveler

Menulis untuk diriku

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menikmati Ramadan di Pulau Dewata

9 Mei 2019   21:17 Diperbarui: 9 Mei 2019   21:35 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Seluruh umat muslim saat ini sedang menjalankan ibadah puasa Ramadan. Di dunia saat ini diperkirakan ada sekitar 1,8 milyar manusia yang memeluk Islam, atau sekitar 24% dari total polpulasi dunia. Di Indonesia Islam menjadi agama yang dipeluk oleh mayoritas penduduknya. Tapi ada beberapa daerah dimana umat muslim yang menjadi penduduk minoritas. 

Satu diantaranya ialah di pulau Bali. Diperkirakan agama Islam masuk ke pulau Bali sekitar abad 13-14 masehi, pada masa kerajaan Majapahit. Penyebaran Islam di Bali pada saat itu memang kurang terorganisir, tidak seperti di pulau Jawa yang setiap wilayah memiliki tokoh yang memegang peranan. 

Sedangkan di pulau Bali dahulu umat muslim antar wilayah tidak melakukan komunikasi.  Penyebaran Islam di pulau Bali juga hanya menggunakan satu cara, yaitu melalui pendekatan kultural. Walaupun pemeluk Islam menjadi minoritas di Bali, tapi mereka bisa diterima keberadaannya oleh golongan mayoritas. 

Dan tingkat kerukunan beragama di Bali cukup tinggi, tentu hal ini patut kita syukuri. Lalu bagaimana masyarakat muslim di Bali menjalankan ibadah puasanya di bulan Ramadan bila dilihat dari sisi tradisinya. Apa keunikannya dengan daerah lain? 

Tradisi Megibung, makan bersama menjelang Ramadan


Tradisi ini sudah dilakukan turun temurun di Bali. Kegiatan Megibung ialah kegiatan makan bersama sambil berdiskusi. Makanan beserta lauknya ditempatkan di satu wadah besar. Lauknya beraneka macam mulai dari ayam bakar, sate lilit khas Bali, sambal sampai tempe, tahu dan sayuran. biasanya satu wadah disantap bersama sampai 7 orang. Jadi dalam satu acara Megibung bisa memakai banyak wadah karena orang yang datang banyak. 

Tradisi megibung dilakukan untuk menyambut datangnya bulan suci Ramadan, jadi dilakukan sebelum masuk bulan Ramadan. Di sini seluruh sanak saudara, teman datang berkumpul untuk mempererat tali persaudaraan. Bisa dibayangkan betapa serunya acara ini. Makan dan ngobrol adalah kombinasi yang luar biasa.

Tradisi Nyenggol, ketika anak-anak punya hajatan

Di desa Pegayaman di Bali memiliki tradisi unik yang disebut Nyenggol. Tradisi ini mirip kegiatan pasar malam yang ada di sekitar lingkungan kita. Yang membedakan adalah penjualnya semuanya adalah anak-anak. Nyenggol biasanya diadakan hanya sebentar, dimulai setelah waktu magrib sampai azan Isya berkumandang. 

Yang menjadi pembeli pun anak-anak juga, mereka saling membeli barang dagangan masing-masing. Tradisi ini kalau dicermati bagus untuk melatih jiwa wirausaha anak-anak. Semoga tradisi ini langgeng terus di desa Pegayaman.

Tradisi Ngejot, memberikan hantaran ke saudara

Tradisi ini mengadopsi dari budaya Bali. Saat hari raya Idul Fitri sudah dekat para warga muslim membuat hantaran berupa makanan, yang kemudian dibawa ke rumah-rumah saudara mereka. Uniknya yang menerima hantaran ini tidak terbatas pada kerabat muslim mereka saja, tetapi juga diberikan kepada kerabat mereka yang non muslim. 

Tujuannya supaya silaturahim antar umat beragama tetap terjaga. Dan pada hari-hari besar agama Hindu, masyarakat hindu juga memberikan hantaran kepada kerabat mereka yang beragama Islam. Alangkah indahnya hubungan antar umat beragama di Bali, anda setuju bukan?

Perbedaan agama memang seharusnya tidak menjadi penghalang dalam terciptanya kerukunan umat manusia. Bukankah Allah sendiri yang menciptakan perbedaan? Semua itu Allah sampaikan di Alquran surat Al Hujurat ayat 13:

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." 

Jadi perbedaan adalah sesuatu yang fitrah, dengan adanya perbedaan justru tercipta kedinamisan dalam masyarakat layaknya dinamisnya air yang selalu mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah atau dinamisnya angin lembah yang bergerak dari lembah menuju gunung. Tanpa perbedaan umat manusia mustahil berkembang. Mencari titik temu antar manusia itulah perjuangan kebaikan yang Insya Allah dicatat di buku amal kebaikan kita. Tentu dalam mencari titik temu kita perlu mengurangi ego kita masing-masing.

Kita beruntung tinggal di bumi Indonesia yang masyarakatnya menghormati perbedaan dan sudah menjadi sifat dari bangsa kita sejak dahulu. Kalau ingin merasakan budaya toleransi bangsa Indonesia yang sejati datanglah ke daerah, masuk ke pelosok. Jangan masuk ke dunia maya untuk mengetahui rasa dari Indonesia, karena namanya juga maya alias semu, tidak asli. Kalau belum bisa berpergian ke pelosok daerah di Indonesia cukup memperhatikan lebih seksama masyarakat di sekitar kita masing-masing dan pasti bertemu dengan keindahan dari suatu perbedaan.  Selamat menikmati indahnya Ramadan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun