Mohon tunggu...
Yuliyanti
Yuliyanti Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yuli adja

Yuliyanti adalah seorang Ibu Rumah Tangga memiliki kesibukan mengurus bisnis keluarga, Leader paytren, Leader Treninet. Sebagai penulis pemula telah meloloskan 7 antologi. Penulis bisa ditemui di IG: yuliyanti_leader_paytren Bergabung di Kompasiana 20, Oktober 2020

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Gadget Bikin Ribet? Ini Solusinya

30 Maret 2021   12:07 Diperbarui: 30 Maret 2021   12:33 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

  •                   Dokpri

    Semenjak pandemi hampir semua orang merasakan dampak buruknya. Anak-anak semula dilarang bermain Gadget. Kini, benda tersebut menjadi kebutuhan lewat pembelajaran daring. Lalu, menjadi kebiasaan bermain benda pipih tersebut.

Pembaca yang berbahagia, lewat tulisan ini saya ingin berbagi cara agar bisa mengurangi anak bermain handphone. Meskipun pada dasarnya benda tersebut sangat diperlukan bagi orang tua mereka.

Iya, semenjak berbagai aktifitas harus dilakukan di rumah saja, hape menjadi media online nomor satu di kalangan masyarakat. Ada yang memanfaatkan untuk sarana mencari nafkah melalui media adapula melalui grup Whatsapp. Pandemi tak mematahkan semangat untuk berkarya pun berkedai. 

  • Seperti halnya yang terjadi di desa Jentrek pun Desa Bogoran, Kelurahan Jotangan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah. Desa tersebut membuat grup jual-beli online.  Pesertanya hampir semua warga, saling berkompetisi menjual barang dagangan masing-masing.
    Ada yang menjual beraneka tanaman hias, hingga berbagai cemilan, yang pastinya terjangkau harganya.

    Pembelinya pun warga sekitar, ada pula dari luar daerah, teman hingga kerabat jauh. Dengan adanya kegiatan ini berharap mampu mengangkat ekonomi bagi warga yang terkena imbas pandemi.

 Rupanya usaha tersebut membuahkan hasil, meskipun masih jauh dari impian. Hingga pada suatu hari kepala desa setempat Pak Sumarno membuat program kerja untuk memajukan desa sekaligus dijadikan tempat usaha sebagian warga.

  •  Dibuatnya 'Taman Kuliner Desa Jotangan' terletak di sudut desa Jentrek. Aset kedua setelah obyek (Wisata Watu Sepur. Saya pun mengunggahnya di sini).

Setelah bangunan selesai, grup pasar online pun merambah dengan cara ofline, di taman tersebut. Pada saat itu Hari Minggu, 21 Februari resmi dibuka secara simbolis oleh sesepuh warga setempat.

Berbagai acara menyemarakkan suasana. Para Ibu-ibu pun gadis remaja turut memeriahkan dengan olah-raga senam. Saat itu benar-benar menjadi hari paling menyenangkan. Sebab, selama pandemi hidup bagai terpenjara  bagi sebagian masyarakat.

Dokpri(grup WA)
Dokpri(grup WA)

Setelah senam usai, layaknya perhelatan besar. Puji-pujian, doa bersama dipanjatkan kepada Sang Pencipta alam semesta. Dengan segala harap acara berjalan lancar, upaya mencari sesuap nasi pun terkabul. Acara pun berlanjut potong tumpeng.

Dokpri(Grup WA)
Dokpri(Grup WA)
Tiba giliran yang ditunggu-tunggu, makan nasi tumpeng simbol keberkahan. Bertabur aneka jajanan yang digelar pun dijajakan di sana, ada mi ayam, bakso, soto, pecel pun ada tinggal pilih sesuai selera.
  • Aneka ragam jajanan tradisional seperti bolu tiwul terbuat dari tepung gaplek. Gatot pun ada, jenis panganan terbuat dari ketela(ubi kayu). Gatot merupakan salah satu varian dari gaplek(ubi kayu yang dikeringkan) hingga warna berubah hitam. Kemudian dikukus dikasih gula merah bertabur kelapa parut.  Teksturnya yang kenyil-kenyil terasa nikmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun