Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

November Art (NOVART), Pandemi Bukan Penghalang Ekspresi Seni

22 November 2021   15:33 Diperbarui: 22 November 2021   16:12 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berpose di depan lukisan, dokumentasi pribadi

Hujan bulan November yang mengguyur kota Malang sejak sore tidak menyurutkan niat kami untuk datang ke Dewan Kesenian Malang (DKM).Malam itu kami  berempat menonton pameran seni yang dikemas dalam kegiatanNovember Art( NOVART) yang diselenggarakan oleh HMJ  Seni dan Desain Universitas Negeri Malang.  Acara yang dikemas secara online dan offline ini diselenggarakan tiga hari berturut turut, yaitu tanggal 19, 20 dan 21 Nopember.  Acara tidak hanya berupa pameran seni,  namun juga workshop,pagelaran musik, juga bedah karya seniman.
Dalam acara NOVART ini dipamerkan berbagai lukisan dengan berbagai media, video , patung, juga  topeng.

Kegiatan NOVART, dokumentasi pribadi
Kegiatan NOVART, dokumentasi pribadi
Acara dikemas dengan selera khas anak muda. Suara musik yang menghentak begitu membangkitkan semangat. Suara pembawa acara begitu ceria ketika  melakukan bincang-bincang dengan rekannya saat memandu acara pagelaran musik .

Gerimis yang terus turun tidak mengurangi kemeriahan acara terbukti dengan pengunjung yang terus berdatangan.

Malam ini DKM yang biasanya tampak agak sepi selama pandemi mulai menunjukkan jati dirinya sebagai wadah bagi warga Malang untuk mengekspresikan diri.

Beberapa karya peserta, dokumentasi pribadi
Beberapa karya peserta, dokumentasi pribadi
Lewat karya yang dipamerkan kita bisa merasakan gejolak hati, pikiran,  ide dan kegelisahan para pembuatnya.Di antaranya ada yang menggambarkan kegelisahan tentang banyaknya tantangan di masa muda.  Bagaimana menyeimbangkan antara penggunaan gadget dan ibadah kepada Tuhan Yang Maha Esa.  (Tuhan,  Jiwa dan Raga karya : Trai Agus Ismawan)

Ada pula yang mengungkapkan  tentang pandemi yang membuat kita kadang kehilangan semangat karena ruang gerak dibatasi. (Ruang Imajinasi,  karya: JauzarAzhar)

Tidak ketinggalan juga karya yang menggambarkan betapa hidup penuh tantangan dan kadang penderitaan.   Dengan adanya tantangan dan penderitaan itu kita belajar tentang strategi bagaimana memutuskan sesuatu.  (Secret Forest, karya: Eldiza Almiraabbistha R dan Tentang Bagaimana Memutuskan Sesuatu #1,  karya: Osyaddha Ramadhanna)

Ya,  seni adalah bahasa hati yang universal. Dia tidak bisa dipahami secara verbal dan rasional tapi bisa dirasakan getarannya sampai ke hati dan jiwa. Getaran estetik seni yang memyentuh jiwa inilah yang menyatukan berbagai perbedaan sekalipun masing-masing tidak paham dengan bahasa yang diucapkan.
Sebab jika kata kata tidak bisa mengungkapkan, maka seni bisa dengan manis menjabarkannya.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun