2. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Â Di awal tahun kami selalu mendapat pinjaman buku dari perpustakaan. Â Dan buku paket Bahasa Inggris adalah yang paling tebal karena di dalamnya banyak berisi bacaan bacaan pendek. Â
Biasanya buku yang jatahnya untuk satu tahun itu, saya habiskan bacaannya dalam dua atau tiga bulan. Tentu saja menterjemahkan sebisanya dengan berbekal kamus lengkap Inggris-Indonesia. Buku yang cukup 'wah' saat itu.Â
3. Berani berbicara. Secanggih apapun grammar kita, rasanya kurang bermakna tanpa keberanian. Salah tidak masalah, yang penting berani mengungkapkan isi pikiran dan yang diajak bicara mengerti. Jika ada kesalahan dibetulkan bersama. Â
Ini benar-benar saya alami ketika harus mengikuti diklat Realistic Mathematics Education di P4TK Jogjakarta selama 10 hari. Sebelum mengikuti diklat ini kami harus test wawancara dalam Bahasa Inggris. Tes wawancara Bahasa Inggris bagi anak sekarang mungkin tidak masalah. Â Tapi bagi seusia saya wah.., Â mau tidak mau saya harus membuka-buka buku bahasa Inggris lagi.Â
Dalam diklat semua materi disajikan dalam Bahasa Inggris. Â Pesertanya ada 30 orang dari Indonesia, Â Malaysia, Vietnam, Â Laos, Â Kamboja, Â Thailand dan Timor Leste. Â Pada hari pertama rasanya agak susah menerima dan memahami materi karena pembicara utamanya dari Belanda. Â
Tapi hari kedua dan seterusnya menjadi biasa. Bahkan saat kita diminta maju ke depan untuk mengajar atau presentasi semua berjalan lancar. Meskipun kadang Bahasa Inggris peserta (termasuk saya) belepotan yang penting berani bicara. Â Ya, semakin sering dipakai , bahasa Inggris kita akan semakin lancar.Â
Demikian sedikit catatan saya tentang bagaimana saya belajar bahasa Inggris. Â Tentunya generasi sekarang jauh lebih canggih lagi dalam berbahasa Inggris. Karena sejak SD bahkan TK mereka sudah mendapat bahasa Inggris. Â
Juga zaman sekarang sarana untuk belajar banyak sekali. Â Bacaan berbahasa Inggris mudah diperoleh di toko-toko buku dan internet, Â juga belajar lewat youtube atau podcast bisa dilakukan dengan mudah dan menyenangkan.Â
Oh ya, dari semua diklat saya, diklat di Jogja ini adalah yang paling bermakna. Â Kenapa? Tempat diklatnya hanya berjarak sekitar 700m dari tempat kost anak saya yang saat itu kuliah di sana. Jadi disamping mendapat ilmu, Â teman baru, Â juga tiap hari kami bisa bertemu. Ha..ha..