Mohon tunggu...
Yuli Anita
Yuli Anita Mohon Tunggu... Guru - Guru

Jangan pernah berhenti untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Jimpitan Beras

13 Maret 2021   15:01 Diperbarui: 17 Maret 2021   21:20 554
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi lelaki tua. (sumber: pixabay.com/AdinaVoicu)

Tarno ganti menatap Pardi.

"Di, Mak Ijah habis ditinggal suaminya..Anak tak punya, terus dia makan apa? Dia sering minta beras atau pohong ke rumahku, sementara kamu tahu kondisiku bagaimana.. " lanjut Tarno.

"Pernah tidak kepala kampung memikirkan ini? Yang dipikir cuma gapura, gapura dan gapura. Biar kampung kita yang memang nyempil ini kelihatan bagus dari luar dan dia dapat nama.., percuma.. Gapurane apik.. Wong e luwe.., " bisik Tarno geram.

Pardi terhenyak mendengar jawaban Tarno Ia baru sadar selama ini tiap rapat yang dibahas adalah gapura saja. Kepala kampung sama sekali tak pernah peduli bagaimana mengatasi masalah kemiskinan masyarakat sekitarnya. 

Azan subuh berkumandang. Bergegas keduanya menuju rumah Pak Paimin. Berasnya pasti sudah ditunggu-tunggu. 

Tarno melangkah mantap sementara di sebelahnya Pardi begitu galau. Ia bingung harus memberi jawaban apa pada Pak Paimin. Ia ingin ikut berbohong, tapi bayangan wajah istri dan anak-anaknya yang dua hari ini cuma makan pohong menari-nari dalam benaknya.

Arti istilah:
Gapurane apik.. Wong e luwe : gapuranya bagus, orangnya kelaparan
Nyempil: terpencil

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun