Mohon tunggu...
Yuki Kristina Lase
Yuki Kristina Lase Mohon Tunggu... Mahasiswa - Diponegoro University

love to write

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Seribu Rupiah, Satu Perjalanan: Menapaki Masa Depan Hijau dengan BRT Trans Semarang

6 Februari 2024   18:18 Diperbarui: 6 Februari 2024   18:22 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: transsemarang.semarangkota.go.id

Deru kehidupan perkotaan yang tak pernah berhenti membuat kita menyaksikan pesatnya dinamika kehidupan dan pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan. 

Dalam pusaran inovasi dan pertumbuhan ekonomi, pertanyaan tentang bagaimana kita dapat mengatasi tekanan ekologis dan tantangan keberlanjutan semakin mendesak kota-kota besar di Indonesia. 

Tak terkecuali Kota Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah. Kota di tepian laut utara Pulau Jawa ini dipenuhi oleh keindahan sejarah dan budaya, menjadi saksi perpaduan antara kehidupan tradisional dan modern.

Di tengah pesatnya perkembangan dan urbanisasi, Semarang juga menghadapi tantangan klasik kota besar seperti kemacetan dan polusi udara. Pada Agustus 2023 lalu, tingkat polusi udara Kota Semarang mencapai 142 AQI (indeks kualitas udara) dan berada di zona oranye menurut situs IQAir. 

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Konservasi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Semarang, Safrinal Sofaniadi, memperkirakan bahwa sekitar 80 persen dari total polusi udara di Kota Semarang didominasi oleh gas buang kendaraan, sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya. 

Dalam upaya menanggulangi tingkat polusi udara yang signifikan di Kota Semarang, Bus Rapid Trans (BRT) Trans Semarang hadir sebagai solusi inovatif yang memiliki dampak positif terhadap masa depan lingkungan yang sustainable. 

Sejak 2019 lalu, Pemerintah Kota Semarang dan Kota Toyama (Jepang) merealisasikan kerja sama konversi bahan bakar solar ke gas untuk BRT Trans Semarang. Bahkan pada rentang Juni hingga Juli 2021 lalu, pembayaran tiket naik BRT Trans Semarang dapat dilakukan dengan menggunakan botol plastik setiap hari Selasa. 

Hanya dengan seribu rupiah, pelajar maupun mahasiswa seperti saya dapat melakukan mobilitas dengan BRT yang jalur utamanya mencakup kawasan-kawasan vital di Kota Semarang, hal ini menciptakan  konektivitas yang efisien antara pusat kota dan suburban. 

Harga tiket yang terjangkau bukan hanya memberikan aksesibilitas yang lebih luas terhadap transportasi umum, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam upaya menjaga keberlanjutan lingkungan dan menciptakan kota hijau. 

Sebagai seorang mahasiswa yang memilih Semarang sebagai kota perantauan, Trans Semarang memberikan kemudahan dan kenyamanan dalam mobilitas saya sehari-hari, baik ke kampus maupun ke tempat tujuan lainnya. Saya juga bisa menghemat pengeluaran transportasi dan mengalokasikan dana tersebut untuk keperluan lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun