Mohon tunggu...
YUDI M RAMID
YUDI M RAMID Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penulis

Dari pekerja medis ke Asuransi dan BUMN....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beban Siswa Belajar di Jepang Sangat Tinggi, Baik atau Buruk?

30 November 2022   07:06 Diperbarui: 30 November 2022   07:23 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beban siswa belajar di Jepang sangat Tinggi ; ilustrasi edu.tokyo.jp

Saat ini kita disibukan dengan kurikulum belajar. Ada kecenderungan, ganti berganti kebijakan sistem belajar di Indonesia. Sistem ini belum tuntas  ganti lagi sistem.

Pameo, ganti menteri pendidikan ganti kurikulum hangat menjadi pembicaraan. Guru dan anak didik terkadang dibuat bingung. Banyak guru mengeluh terlalu banyak tugas  dan anak didik merasa PR memberatkan.

Terjadi pro dan kontra terhadap PR sekolah. Ada kecenderungan PR tidak lagi diperlukan. Guru lebih dikonsentrasikan kepada anak didik di sekolah.

Dalam hal ini Jepang tidak mau pusing pusing. Kita lihat bagaimana   pendidikan di Jepang mencetak warganya jadi gila kerja.

Sistem pendidikan Jepang disebut sebut tidak berubah selama lebih dari 150 tahun. Namun beberapa hal  telah berkembang di berbagai bidang dengan mengadopsi berbagai sistem dari negara lain, termasuk dari Barat.

Menjadi guru adakah pengalaman yang sangat sibuk, begitu sibuknya, banyak yang tidak bisa meluangkan waktu untuk mempersiapkan pelajaran penting. Mereka bekerja 12 jam sehari.

Salah satu ciri sistem pendidikan Jepang adalah keseragaman. Guru memberikan pelajaran  di kelas dan siswa harus mendengarkan bersama-sama.  Setelah itu penilaian siswa diukur dengan tes.

Ciri kedua dari sistem pendidikan Jepang adalah pendidikan yang menjejalkan banyak ilmu. Segala ilmu diberikan kepada anak didik kalau dianggap berguna.

Ciri lainnya  adalah aturan sekolahnya yang ketat. Ada aturan yang mendetail dengan cara berpakaian, gaya rambut dan sebagainya.

Seorang asing, yang menetap dinegara tersebut  menganggap pendidikan di Jepang sebagai  cuci otak untuk menjadi orang yang "belajar bekerja seumur hidup". Anak Jepang  belajar dengan keras disekolah atau sebelum ujian. Latihan, buku kerja, dan hafalan untuk ujian cukup menguras waktu dan tenaga. Tidak cukup waktu bermain.

Di banyak sekolah, nilai dipublikasikan dalam sistem peringkat, siswa peringkat terbawah cukup menderita dan tertekan.

Waktu belajar juga cukup panjang,
anak berusia 13 tahun sudah harus bersekolah dari jam 8 pagi sampai jam 16.00 sore.

Siswa dengan kehadiran kurang dari 50% tidak bisa naik kelas meski pintar.  Sistem pendidikan di Jepang kata sebagian orang identik dengan  mengajarkan anak-anak untuk "percaya" dan bukan "berpikir"


Di Jepang, tahun ajaran baru dimulai pada bulan April. Setiap anak di Jepang terkena aturan wajib belajar dan tamat.

Wajib belajar berlangsung selama 9 tahun yaitu 6 tahun sekolah dasar dan 3 tahun lagi disekolah menengah.

 Setelah itu, pada usia rata-rata 15 tahun siswa dapat  meninggalkan sekolah dan bisa mulai magang atau bekerja di perusahaan atau lembaga.

Banyak yang masuk sekolah menengah atas atau Universitas. 

Perguruan tinggi atau Universitas memiliki  peraturan yang berbeda dan kurang diawasi oleh pemerintah karena  bukan lagi sekolah wajib.

Orang asing yang tinggal di Jepang cukup kewalahan dengan anak anak mereka yang belajar kalau disekolahkan di Jepang pada tingkat sekolah dasar atau menengah.

Sistem sekolah dasar dan sekolah menengah di Jepang bisa membuat anak anak stres. Namun mungkin mereka sudah biasa seperti itu sejak taman kanak kanak dan sekolah dasar.

Itulah Jepang negeri yang memiliki etos gila kerja dan kalau perlu tanpa libur atau cuti. Berbeda dengan Barat yang memiliki kecenderungan bekerja dan hari libur harus seimbang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun