Mohon tunggu...
Yudi Kresnasurya
Yudi Kresnasurya Mohon Tunggu... Lainnya - PRIBADI BIASA

BERSYUKURLAH MAKA ENGKAU BAHAGIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menjaga Toleransi

6 April 2021   16:02 Diperbarui: 6 April 2021   16:10 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Indonesia adalah negara yang sangat majemuk dimana majemuk di sini memiliki arti yang luas seperti terdiri dari berbagai suku, agama, tradisi / budaya / adat istiadat serta bahasa. Begitu juga bila dilihat dari sumberdaya alam, Kemajemukan yang dimiliki Indonesia adalah memiliki segudang sumberdaya alam baik yang dapat diperbaharui seperti hutan, perikanan, peternakan, pertanian, dan lain-lain maupun sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui seperti minyak dan gas bumi, emas, batu bara, nikel dan banyak lagi.

Kemajemukan tadi mengakibatkan perlunya suatu kesepahaman untuk menjadikan semua tadi menjadi satu kesatuan dalam satu wadah negara kesatuan yakni Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semboyan negara pun memakai makna dari kemajemukan tadi namun tetap dalam bingkai kesatuan, yakni  "Bhineka Tunggal Ika". Hal inilah yang menjadi perekat bagi seluruh masyarakat Indonesia tetap bersatu dalam satu negara yakni Indonesia.

Merawat persatuan dalam kemajemukan yang dimiliki oleh Indonesia harus dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat baik Pemerintah maupun masyarakat sendiri. Kedamaian yang sudah terjadi selama puluhan tahun semenjak kemerdekaan harus terus dipertahankan. Saling menghormati atau saling bertoleransi diantara semua elemen masyarakat jangan sampai kendor atau hilang walaupun zaman sudah berubah drastis.

Kini ada pihak-pihak yang mencoba meraih keuntungan pribadi atau golongan dengan berkedok toleransi namun membuka jurang perpecahan diantara masyarakat. Padahal toleransi sendiri justru sebenarnya alat yang harus dipakai untuk menghindari perpecahan. Sikap toleransi perlu dikembangkan namun juga perlu memperhatikan situasi dan kondisi atau perlu proporsional. 

Semisal, ketika ada kumandang azan dari masjid untuk menandakan waktu sholat bagi umat Islam, maka umat beragama lain tidak perlu protes, begitu juga sebaliknya ketika ada umat agama lain sedang beribadah, maka umat Islam jangan mengganggu. 

Misal juga dalam suatu kegiatan misal rapat atau upacara dan yang menghadiri atau masyarakat sekitar mayoritas bergama Islam, maka wajar jika doa pembuka acara dibawakan secara syariat Islam, namun bukan berarti pemeluk agama lain tidak boleh berdoa atau harus berdoa secara Islam juga. 

Mereka juga dipersilahkan untuk berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing, bukan berdoa serentak dengan semua agama atau bergiliran. Begitu juga misal di Bali, upacara yang dilakukan pesertanya lebih banyak beragama Hindu, maka doa pembuka dilakukan secara agama Hindu, sedangkan umat beragama lain berdoa sesuai agama dan kepercayaan sendiri-sendiri.

Janganlah toleransi khususnya masalah agama kemudian diotak-atik seakan -- akan semua agama harus dicampur agar terlihat elegan. Jika hal tersebut terjadi, bukan lagi toleransi malah akan terlihat seperti penghinaan terhadap agama. Selama ini toleransi beragama sudah berjalan dengan baik dan damai, kalaupun ada yang bermasalah biasanya hanyalah kasuistis saja. Toleransi bergama harus, namun pelaksanaannya jangalah membabi  buta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun