Mohon tunggu...
Yudianto Soeharli
Yudianto Soeharli Mohon Tunggu... -

beruangdekil.wordpress.com Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Miris! Karya Anak Bangsa Dihujat Untuk Kepentingan Politik. Dibalik Layar Film Ahok & Hanum

11 November 2018   21:14 Diperbarui: 11 November 2018   21:47 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: tribunnews.com

Indonesia sedang dalam kondisi darurat!

Kita sama-sama tahu, tanggal 8 November 2018 yang lampau muncul ke permukaan film karya anak bangsa yang terinspirasi dari kisah nyata. "A Man Called Ahok", yang disutradarai oleh Putrama Tuta, dan "Hanum & Rangga: Faith in the City", yang disutradarai oleh Benni Setiawan.

"A man called Ahok" menceritakan kehidupan mulai dari Ahok kecil, menjadi seorang gubernur, hingga mendekam di Rutan Mako Brimob. Pesan utamanya jelas, peran orangtua, khususnya ayah Ahok, hingga membentuk sosok Ahok seperti sekarang ini.

"Hanum & Rangga: Faith in the City" mengisahkan bagaimana Hanum dan Rangga mempertahankan cinta mereka, ditengah pergumulan karir dan menjaga keluarga yang harmonis. Pesan utamanya jelas, membagikan perjuangan karir dan agama ditengah minoritas, serta mempertahankan kehidupan rumah tangga.

Dua film indah karya anak bangsa yang memberikan pesan moral yang kuat.

.

Sayangnya, pesan indah yang ingin disampaikan kedua film tersebut seakan sirna.

Sirna oleh pihak-pihak yang matanya telah kabur dan memenuhi setiap komentar di lini masa dengan hujatan. Mata mereka kabur oleh kepentingan politik yang membabi-buta. 

Film yang seyogianya menjadi inspirasi dan semangat bagi para penikmatnya, malah menjadi ajang lempar hujat. Panggung layar bioskop berubah menjadi panggung politik.

Hal itu disebabkan tokoh utama dalam kedua film tersebut berafiliasi sangat dekat dengan kedua calon presiden kita.

Ahok kita tahu bersama, menjadi rekan sekerja Jokowi saat masih fokus membangun Jakarta. Hanum Rais merupakan putri Amien Rais, tokoh pendiri PAN yang juga mengusung Prabowo.

Puncaknya, ketika film ini ditayangkan perdana pada tanggal yang bersamaan. Teater bioskop terpecah menjadi dua bagian. Masyarakat seakan dipaksa untuk memilih masuk kubu yang mana. 

.

Sungguh mengerikan, ketika kepentingan politik sudah sampai dibawa ke aspek kehidupan yang lain.

Alih-alih membawa persatuan, malah perpecahan yang muncul. Terlihat dari sindiran berkedok membandingkan jumlah penonton. Seakan-akan satu pihak berkata: "kami lebih laku daripada kalian."

Yang satu berteriak: "sudah mengerahkan kader partai dan mahasiswa saja masih kalah." Yang satu lagi berteriak: "saya tahu banget gimana caranya borong bookingan seats teater tiket dibeli sendiri. Mengapa harus bohongi diri sendiri?"

Kemudian pihak-pihak ini melempar cacian dan menyerang pribadi tokoh dalam masing-masing film. Demikian seterusnya, sampai negara ini benar-benar pecah jika pola pikir seperti ini terus tertanam di otak kita.

.

Bayangkan jika kita adalah sutradara dari kedua film ini. "Gile, udah capek-capek bikin ni film, malah dihujat," mungkin itu yang akan keluar dari mulut kita. 

Kerja keras dan pesan moral hilang ditutup kebencian yang membutakan. 

Kalau seperti ini caranya, tidak akan ada karya lagi yang akan muncul.
Untuk apa berkarya kalau ujung-ujungnya hanya mendapat cacian.
Untuk apa berinovasi kalau ujung-ujungnya kepentingan pribadi yang dihargai.
Untuk apa berkreasi kalau ujung-ujungnya tidak diapresiasi.

Buka mata, jangan sampai dibutakan oleh kepentingan sendiri dan golongan. Jangan ajak orang lain untuk membabi-buta sepertimu.

Negara kita sedang dalam kondisi darurat.

Darurat akal sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun