Di tengah hiruk-pikuk Kota Jambi modern, tersembunyi sebuah permata sejarah yang seolah terlewat oleh zaman. Desa Teluk Kenali, yang bersandar di pinggiran Sungai Batanghari, bukan sekadar permukiman biasa. Di sini, setiap jengkal tanah menyimpan kisah tentang kejayaan Islam, pertukaran budaya, dan ketangguhan masyarakat sungai.
Asal-Usul yang Terlupakan
Nama "Teluk Kenali" berasal dari kata "kenali" dalam bahasa Melayu Kuno yang berarti "tempat pengetahuan". Julukan ini bukan tanpa alasan. Catatan arsip kolonial Belanda tahun 1883 menyebutkan, desa ini pernah menjadi pusat pembelajaran tarekat dan ilmu agama di Jambi. Masjid Jami' Teluk Kenali yang berdiri megah sejak 1880 menjadi saksi bisu bagaimana ulama-ulama Nusantara singgah dan berdakwah di sini sebelum melanjutkan perjalanan ke wilayah nusantara lainnya.Â
Sungai Batanghari: Jiwa yang Menghidupi Teluk Kenali
Tak bisa dipisahkan, Sungai Batanghari adalah nadi yang menyimpan denyut kehidupan Desa Teluk Kenali. Pada abad ke-19, dermaga kecil di desa ini tak pernah sepi—setiap hari ramai disinggahi kapal-kapal pedagang rempah yang lalu-lalang antara Jambi, Malaka, hingga China. Jejak kejayaan itu masih bisa kita temui hari ini: pecahan tembikar halus berglasir biru Dinasti Qing (1890) yang tersembunyi di bantaran sungai, atau tiang-tiang kayu bekas dermaga yang masih kokoh meski termakan usia.
Bagi masyarakat Teluk Kenali, Batanghari bukan sekadar aliran air—ia adalah jalan raya peradaban. Di sinilah para ulama menginjakkan kaki pertama kali, membawa kitab-kitab kuning dalam peti rempah. Di sinilah nelayan dan pedagang bertukar cerita sambil menunggu angin musim berbalik arah. Bahkan kini, di tengah deru kapal tongkang modern, sungai ini tetap menjadi saksi bisu bagaimana sebuah desa kecil bertahan di antara gempuran zaman.
Tradisi yang Masih Berdenyut
Desa ini mempertahankan dua tradisi unik yang sayang untuk dilewatkan:
- Marhaban Air: Sebuah ritual tolak bala dengan pembacaan shalawat di atas perahu. Warga setempat percaya, tradisi ini adalah warisan para ulama yang dulu menyebarkan Islam melalui sungai.
- Beduk Raksasa: Terbuat dari kayu surian berusia lebih dari 200 tahun, beduk ini bukan alat panggil shalat semata, tetapi juga penanda waktu bagi nelayan.
Antara Pelestarian dan Modernisasi
Meski kaya sejarah, Desa Teluk Kenali bagai berada di persimpangan zaman. Di satu sisi, pembangunan dermaga modern dan gempuran abrasi sungai perlahan mengikis situs-situs bersejarah. Tiang-tiang kayu peninggalan dermaga kuno kini terkikis, menyisakan pahatan usang yang nyaris tak terbaca. Di sisi lain, gairah warga untuk mempertahankan warisan leluhur justru membara.
Bersama para pemuda, setiap tahun warga menggiatkan program festival budaya, menjadikan desa ini seakan kembali hidup dalam kemegahan masa lalu. Para pemuda dengan bangga memamerkan kebudayaan setempat.Â