Mohon tunggu...
yudhimada
yudhimada Mohon Tunggu... Ebook author dosen management utm

Ebook author gold trading data analisis dosen management utm

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Bahlil Lahadalia Khawatir Kampus Jadi "Pabrik" Pengangguran Intelektual

24 Juli 2025   06:11 Diperbarui: 24 Juli 2025   06:11 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, menyuarakan kekhawatiran seriusnya mengenai masa depan lulusan perguruan tinggi di Indonesia. Bahlil mengungkapkan bahwa kampus berpotensi menjadi "pabrik" pencetak pengangguran intelektual jika tidak ada ketersediaan lapangan kerja yang memadai bagi para sarjana.

Kekhawatiran ini disampaikan Bahlil dalam Sidang Senat Terbuka, di mana ia menyoroti urgensi penyelarasan antara kualitas lulusan dan ketersediaan pekerjaan. "Kalau tidak ada lapangan pekerjaan disiapkan, saya takut suatu saat kampus akan menjadi pabrik membuat pengangguran intelektual," tegas Bahlil.

Hilirisasi Sebagai Solusi Penciptaan Lapangan Kerja

Menurut Bahlil, solusi utama untuk mencegah krisis pengangguran intelektual ini adalah dengan membangun hilirisasi dan industrialisasi di Indonesia. Ia meyakini bahwa dengan memperkuat sektor industri dan mendorong hilirisasi, akan tercipta lebih banyak lapangan kerja yang dapat menyerap lulusan-lulusan perguruan tinggi.

"Hilirisasi kita harus bangun, industri kita harus bangun. Supaya apa? Menciptakan lapangan pekerjaan. Dengan menciptakan lapangan pekerjaan, itu sama dengan ketika seluruh perguruan tinggi yang mahasiswanya siap untuk bekerja, maka keluar itu adalah lapangan pekerjaan yang disiapkan," jelasnya.

Potensi Sumber Daya Alam dan Nilai Tambah Ekonomi

Bahlil menyoroti bahwa Indonesia adalah salah satu negara penghasil sumber daya alam terbesar di dunia. Namun, ia mengakui bahwa belum semua sumber daya tersebut dimanfaatkan secara maksimal hingga ke tahap hilir. Inilah mengapa program hilirisasi menjadi kebijakan strategis yang sangat menguntungkan.

Ia menjelaskan bahwa hilirisasi tidak hanya bertujuan menciptakan lapangan kerja, tetapi juga memberikan nilai tambah signifikan bagi perekonomian dalam negeri, terutama dari sisi ekspor. Selama ini, Indonesia cenderung dikenal sebagai negara pengekspor bahan baku. Padahal, sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945, kekayaan alam seharusnya dikuasai dan dikelola oleh negara untuk dimanfaatkan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Dengan hilirisasi, Indonesia dapat mengolah bahan mentah menjadi produk bernilai tambah tinggi, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan negara, memperkuat industri dalam negeri, dan tentunya, membuka lebih banyak kesempatan kerja bagi generasi muda terdidik. Kekhawatiran Bahlil ini menjadi pengingat bagi semua pihak, mulai dari pemerintah, dunia usaha, hingga institusi pendidikan, untuk bersama-sama menciptakan ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja yang berkualitas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun