Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Style Meet Culture: Matoa Watch

9 Oktober 2014   00:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:50 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Inspirasi bisnis bisa datang darimana saja dan kapan saja, kemampuan untuk jeli melihat peluang serta cermat dalam membaca pasar, termasuk mampu mengaktualisasikan ide tersebut menjadi sebuah bisnis riil adalah sebuah keahlian lain yang menuntut hadirnya jiwa kewirausahaan.

Tidak sedikit yang gagal dalam merealisasikan ide, tetapi banyak pula yang berkesinambungan menjadi sebuah usaha berkonsep unik. Begitu pula dengan Matoa Watch, produk jam kayu yang khas ini memang menawarkan bentuk baru dalam memakai jam tangan konvensional.

Berbahan dasar kayu, jam ini asli buatan tangan anak Indonesia, yang kemudian melihat peluang dengan terlebih dahulu mendapatkan pengalaman dengan jam tangan kayu dinegeri Paman Sam yang dipatok dengan harga Rp1.8juta, padahal bahan dasar yang dipergunakan didapatkan dari Indonesia.

Kegelisahan itu kemudian bak gayung bersambut, dimanifestasikan dalam bentuk rencana bisnis dengan berbagai cerita trial and error. Satu yang pasti, Lucky D Aria, selaku pemilik Brand Matoa Watch kini telah mampu mengangkat merek lokal menembus pasar mancanegara.

Bahkan kreatifitas yang dipergunakan lebih jauh lagi, mempergunakan limbah kayu bekas sebagai bahan baku, menjadikan jam tangan kayu ini sebagai produk yang memiliki kesadaran lingkungan, dengan kategori green product, sekaligus menjadi solusi yang bernilai tambah bagi limbah kayu.

Bermula pada tahun 2012, keresahan mengenai bentuk dan produksi jam kayu melanda Lucky, sebagai anak muda yang suka bereksplorasi maka Matoa Watch baru bisa dinikmati pada 2013 melalui serangkaian percobaan guna memastikan produk itu memiliki layak produksi dan bernilai jual.

Menyandang nama Matoa, maka filosofi dasar produk ini nantinya, diharapkan akan sama seperti pohon eksotik khas pedalaman Papua yang besar dan tinggi tersebut. Kini setidaknya sudah ada tujuh jenis produk jam yang diproduksi dengan nama daerah di Indonesia seperti: Flores, Rote, Karo, Gili dll.

Sehingga produk ini menjadi menarik, sekaligus membantu promosi Indonesia dimata dunia, secara langsung bahkan mencoba melakukan efek flag co-branding, yakni produk hand-made ini asli Indonesia dari bahan yang juga menjadi kekayaan alam dan tradisi nusantara.

Menjaring Peminat

Setelah memiliki kapasitas dalam produksi, maka tantangan dari Matoa Watch adalah membentuk pasar yang sesuai. Tagline yang dipergunakan adalah “Urban, Simplicity, Nature” hal ini menjadi sebuah kesadaran yang mendalam bagi Lucky, karena menurutnya -style is important, but having a style which creates culture is much more important.

Tentu tidak mudah menjalin pminat dari produk yang belum lazim ditanah air, edukasi dan pemahaman nilai ditambah dengan kreatifitas design memungkinkan hal itu terbentuk. Mengejar target market yang terbatas, dengan berbekal teknologi informasi melalui dunia maya menjadi andalan dari Matoa Watch.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun