Liar! Isu itu bergerak liar di linimasa media sosial. Pemecatan seorang dokter oleh organisasi profesi menjadi bahan diskusi terbuka. Problem komunikasi organisasi menjadi titik utama.
Pro-kontra menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam memahami suatu keputusan organisasi, tetapi titik berpijaknya ditempatkan pada kepentingan yang lebih besar, yakni tujuan organisasi dan kebaikan pelayanan publik.
Disitulah letak komunikasi organisasi dipergunakan untuk bisa menjejak persoalan secara lebih berimbang. Sementara di belantara media sosial, kasus ini dilekatkan pada polarisasi politik, kecurigaan serta prasangka atas motif ekonomi.
Dibutuhkan penjernihan yang lebih mendasar, khususnya dalam kerangka komunikasi organisasi, karena penjelasan yang tidak setara justru akan menambah pekat kabut kegaduhan.
Jembatan Komunikasi Organisasi
Perlu dipahami bahwa keberadaan sebuah organisasi, ditujukan bagi pencapaian tujuan bersama. Kegiatan berhimpun, dimaknai sebagai upaya untuk membangun tata tertib sekaligus tata kelola di dalam kumpulan.
Dengan itu, struktur dan kepemimpinan dilengkapi juga bersama perangkat aturan internal organisasi. Posisi dalam bentuk organisasi, dari lapis bawah hingga atas terikat dengan hak dan juga kewajiban.
Lalu, dibangun pula nilai bersama dengan instrumen moralitas dan etika, tersusun dalam format kode etik sebagai tata laku, disertai dengan ragam mekanisme pelaksanaan dan penegakannya.
Bentuk organisasi, dalam konteks filosofis dimaknai sebagai kerangka pendisiplinan. Apakah organisasi selalu benar? Mungkinkah individu memiliki kebenaran alternatif di dalam organisasi?
Tentu tidak mudah menjawabnya, tetapi bisa dikaitkan pada tujuan kolektif organisasi sebagai dasar pendiriannya.
Kedudukan anggota di dalam organisasi, adalah mengikuti proses yang telah disepakati bersama. Tetapi dalam proses pengambilan keputusan, maka pola aspirasi serta partisipasi anggota menjadi penting.