Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Stafsus Milenial, Akankah Ini yang Disebut Harapan?

23 November 2019   09:20 Diperbarui: 23 November 2019   15:45 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo bersama ketujuh staf khusus barunya. (sumber: Antara Foto)

Pemuda adalah tulang punggung bangsa! Menempatkan para pemuda sebagai motor perubahan, bermakna mempersiapkan masa depan. 

Staf khusus -stafsus presiden diisi para milenial, apa tantangannya?.

Pemenuhan struktur dan perangkat kerja presiden, tentu diserahkan pada kehendak prerogatif kekuasaan, untuk menerjemahkan visi presiden dalam masa pemerintahannya.

Penempatan menteri yang berusia muda, sudah dilakukan. Tidak main-main, bahkan untuk mengurusi bidang pendidikan dan kebudayaan, yang posisinya strategis dan sangat fundamental, bagi pembangunan dan kemajuan. Ditunggu kejutan kerja selanjutnya.

Sulit untuk menebak, apakah ini sebuah pertaruhan? Tentu tidak bisa dipandang linier seperti itu, hanya karena minimnya pengalaman birokrasi, terutama karena pemuda adalah proyeksi masa mendatang.

Kembali pada soal staf khusus presiden, yang berisi para pemuda-pemudi dengan berbagai prestasi individualnya itu, mampukah memberi dampak lebih jauh? Kita perlu melihat bentuk kiprahnya. 

Imaji Revolusi Pemoeda

Merujuk Benedict Anderson, dalam buku Revolusi Pemoeda, 1988, situasi dinamika kebangsaan menjadi pelecut dari semangat kaum muda memecahkan kebuntuan pergerakan untuk merebut momentum kemerdekaan.

Dokumentasi gelora kelompok pemuda pada periode 1944-1946, merupakan representasi dari kesadaran nasionalisme berhadapan dengan realitas penjajahan Jepang, dan terdapatnya peluang memproklamirkan diri sebagai bangsa merdeka. 

Jauh sebelum itu, kehendak untuk menyatakan diri sebagai sebuah entitas bersama, telah dimulai melalui rintisan ikrar Sumpah Pemuda, 1928. Kelas menengah, muda dan terdidik menjadi pembaharu.

Kini, situasi tersebut bisa jadi hendak diulang, persoalannya, apakah situasi objektifnya sama? Abad digital, adalah sebuah babak baru, diisi oleh semangat muda, sekaligus bertemu dengan berbagai tantangannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun