Sakit itu tidak menyenangkan, dan manusia selalu berusaha menangkal rasa sakit dengan segala upaya yang dimiliki. Termasuk misteri kematian. Sejak jaman permulaan peradaban manusia, penuaan, rasa sakit dan kematian hendak dipecahkan dengan berbagai formula pengetahuan yang ada. Bagaimanakah teknologi kesehatan dimasa depan mampu menjawab semua persoalan tersebut?.
Topik bahasan National Geographic edisi khusus kali ini, menjadi menarik untuk ditelaah. Tidak hanya terkait dengan persoalan kesehatan yang dikaitkan dengan industri farmasi dan pengobatan, yang tampak terus melaju bersamaan dengan pertambahan nilai belanja agregat komponen obat-obatan, serta seiring dengan pola perubahan daya tahan tubuh manusia dan polusi lingkungan.
Tentu dalam hal ini, gugus dunia pada realitanya terbagi menjadi dua bagian besar teknik medik, pertama; kawasan Asia dan Afrika (Timur) yang masih diselimuti oleh faktor-faktor budaya, mitos dan pengobatan herbal, dan kedua; kawasan Eropa serta Amerika (Barat) yang menekankan pendekatan medik ilmiah. Jelas bahwa keduanya memiliki konsep pendekatan yang berbeda, tetapi mempunyai esensi yang sama dalam mengatasi permasalahan kesakitan yang dialami.
Di belahan Timur, pengembangan pengetahuan medik, berbasis tradisional dikembangkan dari pengetahuan turun temurun. Pemakaian ramuan herbal, dari tumbuhan dan hewan, disandarkan atas pengalaman empirik non formal dan tidak dibakukan. Hal ini dikategorikan sebagai tacit knowledge, sebagai pengetahuan yang belum terstruktur dan disistematisir. Banyak hal yang belum bisa diuji dalam kerangka skala laboratorium, tetapi telah dirasakan manfaat dan khasiatnya.
Pada kategori pendekatan pengetahuan formal, apa yang terjadi dalam pengobatan ala Timur lebih ditekankan pada kemampuan sugestif untuk mendorong manusia mendapatkan energi positif dari apa yang dikonsumsinya melalui berbagai reramuan yang dibuat, meski tanpa ada komponen penjelasan atas apa dan bagaimana resep yang dipergunakan dapat mengatasi gejala sakit yang terjadi.
Ilmu medik didunia Barat, dibangun dari kerangka struktur kerangka pengetahuan yang disusun melalu serangkaian uji skala laboratorium, dikembangkan dalam model pendidikan universitas, dikumpulkan sebagai pengetahuan medik yang kemudian pada periode modern dikombinasikan dengan berbagai perangkat teknologi canggih guna dapat mendukung penegakan diagnosa.
Di kedua pendekatan model pengobatan tersebut, masih terdapat banyak ruang-ruang kosong yang belum terjelaskan, bahkan bercampur satu dengan yang lain. Semisal, aspirin adalah pengembangan pengobatan tradisional herbal, dari ekstrak tetumbuhan daun willow, yang memiliki dampak dalam mengatasi gejala demam dan nyeri. Sehingga aspek farmasi sintetik yang selama ini dikumandangkan pengobatan modern Barat, tidaklah sedemikian adanya.
Satu hal yang sapasti sama dan ada dalam kedua pendekatan kesehatan tersebut itu kini adalah insutrialisasi dan komersialisasi, kembali kepada premis diawal permulaan artikel ini, bahwa manusia dari waktu ke waktu terus berupaya untuk dapat menghindarkan kesakitan, menjaga kesehatan, memperpanjang usia hidup dan berusaha menghindarkan kematian. Sebuah frase yang dengan mudah dijadikan sebagai perangkat pemasaran bagi pengobatan medis baik ala Timur maupun Barat.
Akankah Medik Presisi?
Salah satu yang kemudian hadir, seiring dengan perkembangan teknologi saat ini adalah jenis disrupsi kesehatan dengan lebih presisi. Berbagai aplikasi komputer dan perangkat algoritma serta robotika dipergunakan untuk memantau siklus kehidupan manusia secara terus-menerus. Menggunakan alat ukur yang terintegrasi dengan chip yang tertanam dibola mata, ataupun menggunakan minirobot yang ditanamkan sebesar kapsul untuk mengeksplorasi seluruh bagian dalam tubuh.
Perangkat pintar yang ada ditangan kita menjadi sarana pembaca dari aktifitas tubuh, yang kemudian dikumpulkan melalui big data, dan dianalisa dengan berbagai sistem komputer terintegrasi artificial intelligence -kecerdasan buatan yang dikembangkan bagi sektor kesehatan. Situasi ini jelas melampaui pendekatan medik Barat yang masih terhubung dalam lingkup interaksi manusia.
Mekanisme penanganan kesehatan ke depan akan dimediasi oleh berbagai perangkat teknologi, yang kemudian semakin dapat berkembang secara otonom, dengan berhadapan pada uji kasus yang dihadapinya. Manusia dalam hal ini tenaga medis, akan semakin menjadi sangat super spesialis, karena penanganan kesehatan yang dasar, diprediksikan akan telah dapat digantikan oleh teknologi.