Mohon tunggu...
Yudhi Hertanto
Yudhi Hertanto Mohon Tunggu... Penulis - Simple, Cool and Calm just an Ordinary Man

Peminat Komunikasi, Politik dan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Politik dalam Balut Kekuasaan ala Machiavelli

12 September 2018   17:32 Diperbarui: 12 September 2018   17:35 739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik itu tentang relasi dominan kekuasaan. Sementara negara adalah formalisasi bentuk kelembagaan, atas relasi kuasa tersebut. Diantara banyak ruang penjelasan mengenai politik, maka prinsip Machiavelli tentang perilaku dan tata laku politisi, serta hukum besi kekuasaan menarik untuk ditelaah ulang. Kenapa justru Machiavelli yang jadi titik tolaknya? Karena tokoh ini lekat dengan stigma menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan, bahkan dengan kekerasan sekalipun.

Lalu mengapa mempelajari esensi wajah politik yang buruk rupa seperti itu? Agar kita menjadi lebih memahami watak kekuasaan yang dilahirkan dari pergumulan sejarah kehidupan manusia. Apa yang hadir dalam realitas politik kita hari ini, sesungguhnya adalah perilaku yang sama dengan situasi yang berbeda pada kehidupan kolektif ratusan tahun lalu.

Karya Machiavelli yang terkenal tentu saja Il Principe -politik kekuasaan, buku itu mengulas banyak taktik dalam praktik keseharian kehidupan politik. Tentang cara merebut kekuasaan, menggalang dukungan dan simpati, hingga mempertahankan sekaligus melanggengkan kekuasaan itu sendiri.

Pada banyak uraian di Il Principe, Machiavelli berkali-kali mengungkapkan pentingnya membentuk kelompok bersenjata, yang akan dipergunakan untuk mempertahankan wilayah dari ancaman eksternal maupun akibat adanya tantangan internal -gejolak sosial.

Penjelasan yang dibuat Machiavelli adalah bagian dari pencermatannya atas kondisi politik Firenze, tempat tinggalnya, termasuk penelusurannya atas jejak sejarah pemerintahan dimasa lampau. Gagasan Machiavelli tentang kedudukan kekuasaan yang harus kuat-powerfull dibandingkan elemen masyarakat lain, adalah kajian yang dilakukannya atas periode pergantian dan perpindahan kekuasaan di Firenze.

Membangun dan merebut kekuasaan, tidak membutuhkan banyak langkah dalam mewujudkannya, tetapi mempertahankan dan memperluas pengaruh atas kekuasaan, jelas memerlukan kemampuan yang lebih dalam bidang strategi komunikasi, diplomasi bahkan penciptaan resolusi konflik yang bukan tidak mungkin hanya akan dapat terselesaikan melalui kekuatan aparatus kekerasan.

Sedari awal, konsepsi Machiavelli mengadopsi kekuasaan sebagai bidang yang terpisah dari struktur sosial, sehingga dalam konteks logika, akan membutuhkan basis pengakuan bagi legitimasi atas eksistensi lapisan kekuasaan tersebut. Penguasa, harus mampu mengelola kepentingan partisan -masyarakat kelas atas, dan pleibeian -rakyat bawah.

Hal itu jelas diperlukan, karena struktur sosial masyarakat dibentuk melalui relasi dan interaksi diantara kedua kelompok tersebut secara berkesinambungan. Perilaku untuk bermain dua kaki, berstandar ganda memang dimainkan untuk menjaga harmoni serta mengelola potensi konflik agar tidak mencuat. 

Terlebih, penguasa membutuhkan kedua elemen dari struktur sosial masyarakat tersebut, untuk memastikan kekuatan relasi dominasinya berlaku secara praktis dalam bentuk kepatuhan.

Kemampuan penguasa membangun aliansi, persekawanan strategis dalam menjaga kekuasaan yang dimiliki, adalah bentuk dari mempertahankan kekuasaan, meski pilihan bersinergi dalam membangun jejaring dukungan harus dapat dipastikan tidak berbalik arah bak bumerang yang membahayakan kursi kuasa dikemudian hari. Dengan demikian, penguasa memang akan bersikap layaknya rubah yang lihai dalam mempergunakan akalnya, sekaligus memiliki sifat singa yang kuat dan keras tanpa kompromi.

Lantas, atas titik cermatan tersebut, tips yang dinyatakan Machiavelli dalam Il Principe dianggap sebagai bentuk arahan bagi keburukan, dan sempat menjadi buku terlarang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun