Mohon tunggu...
Yudha Zaky84
Yudha Zaky84 Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kampus yang Mulai Tersesat

10 Mei 2019   10:08 Diperbarui: 10 Mei 2019   10:35 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cdcdugranit.com

Kampus menurut kbbi adalah daerah lingkungan bangunan utama perguruan tinggi (universitas, akademi) tempat semua kegiatan belajar-mengajar dan administrasi berlangsung. 

Kita tau bahwasanya di dalam pembukaan undang-undang dasar 45 disebutkan bahwa Indonesia harus mencerdaskan kehidupan bangsa namun kenyataan yang terjadi di lapangan adalah mencerdaskan yang "ber-uang", apa yang terjadi kepada rakyat yang miskin? Tentu saja di acuhkan. 

Semakin taun semakin tinggi saja harga pendidikan di Indonesia namun hasil yang di berikan tidak pernah maksimal, uang pembangunan lebih di utamakan tanpa melihat seberapa mampu rakyat membayar, ancaman ancaman yang memaksa dan mendesak selalu di keluarkan oleh kampus agar kita harus membayar. Seakan uang lebih penting dari pada pendidikannya.

Di negeri ini, banyak orang yang katanya cerdas, tetapi kecerdasan yang ia miliki hanya untuk membodohi teman-temannya. Inikah yang di katakan cerdas? Lebih mirisnya lagi, kondisi pendidikan kita saat ini jauh dari falsafah bangsa ini, ya yang itu tadi mencerdaskan kehidupan bangsa. 

Kampus pada saat ini hanya menjadi lahan usaha bagi penguasa, yang fokus tujuannya adalah pembangunan agar dilihat sebagai kampus elite oleh kampus lainnya. 

Semakin lama kita semakin melihat bisnis kampus ini semakin jauh dari etika, di kampus saya pun sering terjadi, di mana kehormatan sebuah keluarga yang meminta belas kasih di balas dengan cacian dan makian oleh bagian keuangan, "tunggu saja bapakmu mati", "tunggu saja rumahmu kebakar", "kalau gak punya uang jangan kuliah". 

Itulah beberapa contoh perkataan yang membuat hati orang tua menangis dan kesal dengan keadaaan. Itu baru di fakultas dan di kampusku, belom dengan yang lainnya yang pasti lebih banyak lagi.

Saat ini kita sudah tidak menyebutkan orang tanpa tanda jasa, makna dan perkataan ini semakin terlupakan oleh banyak orang. Etika etika yang ditunjukkan oleh pihak kampus membuat kita bertanya tanya, kemana oranag-orang tanpa tanda jasa kita, kemana  para pembela kebenaran, dimana kebenaran dan keadilan berada? Apakah hanya untuk penguasa? Apakah hanay untuk yang punya "uang"? sedih melihat kondisi pendidikan yang di pertanyakan arahnya. 

Pembangunan fasilitas kah atau pembangunan kecederdasan bangsa. Bukankah di bangunnya univ tujuannya adalah pembangunan kecerdasan bukan hanya fasilitas yang kadang tidak sesuai apa yang kita bayar. 

Kuota penerimaan undangan semakin sedikit, sbm semakin di kurangin, namun penerimaan lewat jalur mandiri semakin di tambah, apakah maksud pemerintah dan kampus adalah yang bodoh semakin banyak dan harus membayar lebih mahal lagi agar mau kuliah? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun