Mohon tunggu...
Yudha P Sunandar
Yudha P Sunandar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peminat Jurnalisme dan Teknologi

Lahir, besar, dan tinggal di Bandung. Senang mendengarkan cerita dan menuliskannya. Ngeblog di yudhaps.home.blog.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Data Driven Masjid, Kunci Membangun Peradaban Umat "Zaman Now"?

4 Juli 2018   09:27 Diperbarui: 4 Juli 2018   09:40 497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam percakapan dengan Roni pekan lalu, kami juga berbincang-bincang tentang data, jurnalisme, dan pembangunan masyarakat berbasis masjid. Menurutnya, pada masa yang akan datang, masjid perlu menggunakan data untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat Bandung dan Jawa Barat pada masa yang akan datang.

Kini, masyarakat media di barat sedang gandrung-gandrungnya dengan Data Driven Journalism. Jurnalisme genre ini merupakan kepanjangan dari Computer Assistant Reporting (CAR). Ciri khasnya, sesuai namanya, jurnalisme ini menekankan kepada pemanfaatan data untuk menghasilkan reportase yang lebih akurat, kompleks, dan menyeluruh.

Berpadu dengan visualisasi yang menarik, Data Driven Journalism menyajikan laporan jurnalistik yang sederhana sekaligus menggambarkan kondisi keseluruhan sebuah isu. Eni Mulia, Direktur Eksekutif Jaringan Indonesia untuk Jurnalisme Investigatif (Jaring.id) menyebutkan bahwa Data Driven Journalism berpeluang menjadi, "Obat untuk mengimbangi asimetri dalam informasi."

Asimetri informasi sendiri terjadi akibat tsunami informasi di era digital seperti saat ini. Saking banyaknya informasi yang mereka konsumsi, masyarakat kebingungan untuk mencerna informasi tersebut. Akibatnya, mereka kesulitan memilah dan memilih informasi yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri. Akibatnya, sangat fatal. Alih-alih memberikan asupan yang bermanfaat bagi tubuh, informasi justru merusak manusia itu sendiri.

Kondisi tersebut ibarat seorang manusia yang kebanyakan makan dan minum. Alih-alih tubuhnya menjadi baik, justru sang manusia akan sakit. Organ pencernaannya tidak mampu menyerap makanan yang terlalu banyak. Meskipun, makanan tersebut termasuk kategori sehat.

Kembali ke soal data, jurnalisme, dan masjid. Dalam perbincangan tersebut, Roni berpandangan bahwa masjid dan data tentu akan berdampak besar untuk masyarakat. Bagi dosen komunikasi sekaligus pengurus Muhammadiyah Jawa Barat ini, masjid memiliki fungsi untuk membangun peradaban di masyarakat. Pada zaman dulu, masjid merupakan tempat belajar, bermusyawarah, dan mengelola pemerintahan.

Sayangnya, fungsi masjid ini terkerdilkan oleh masyarakat sendiri. Zaman now, fungsi masjid tak lebih dari sekedar tempat sholat. Andai pun sebagai tempat belajar, biasanya hanya sebatas untuk mengaji Alquran dan membahas persoalan agama semata. Adapun tempat bermusyawarah dan mengelola pemerintahan pindah ke "istana" dan kantor pemerintahan.

Padahal, di tingkat lokal, masjid memiliki kesempatan besar untuk membangun peradabannya sendiri-sendiri. Dalam konteks lingkungan sosial, masjid memiliki peluang besar untuk memberdayakan masyarakat sekitar agar mampu keluar dari jaring-jaring kemiskinan di berbagai bidang. Dalam hal ini, Roni Tabroni memiliki keyakinan kuat bahwa masjid harus berpegang teguh kepada data sebagai pelita aktivitasnya.

Data Driven Masjid, barangkali begitu istilahnya. Atau, dalam bahasa Indonesia, selaras dengan istilah Masjid Berbasis Data. Bercermin dari Data Driven Journalism, konsep Masjid Berbasis Data ini merujuk kepada pemanfaatan data untuk membangun program pemberdayaan masyarakat berbasis masjid.

Pengelola masjid dituntut untuk lebih mengenal individu-individu di sekitarnya lebih dalam dan masif lagi. Tidak hanya mengetahui siapa yang tinggal di mana. Namun juga harus tahu bagaimana keadaan ekonominya, pendidikannya, bahkan hingga kebutuhan nutrisi dan psikologisnya.

Dalam hal ini, masjid sebagai lembaga yang ada di dalam masyarakat, harus mampu memetakan kondisi demografis dan psikografis masyarakat di sekitarnya. Turunannya, tentunya program-program masjid berbasis pemberdayaan masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun