Mohon tunggu...
Yuda ManggalaPutra
Yuda ManggalaPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hiking and workout

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Gunung Tercemar Sampah

31 Maret 2024   15:10 Diperbarui: 31 Maret 2024   15:21 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gunung-gunung yang memesona dengan panorama alam yang memukau seharusnya menjadi tempat yang bebas dari sampah. Sayangnya, realita yang kita hadapi saat ini sangatlah berbeda. Masalah sampah di kawasan pegunungan telah menjadi isu yang sangat mengkhawatirkan dan memerlukan perhatian khusus dari kita semua.

ig: @mdplnusantara
ig: @mdplnusantara

Permasalahan sampah di gunung sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari aktivitas manusia itu sendiri. Semakin banyak pendaki yang mengunjungi kawasan pegunungan, semakin besar pula risiko timbunan sampah yang ditinggalkan. Plastik, kaleng, botol, sisa makanan, bahkan sampah organik seperti sisa makanan dan sisa sayuran kerap ditemukan berserakan di sepanjang jalur pendakian. Namun untuk sampah organik sendiri sebenarnya dapat dengan mudah dirai oleh alam dalam waktu yang tidak lama.

Dampak yang ditimbulkan dari sampah di gunung  cukup banyak dan sangatlah merugikan. Secara ekologis, sampah dapat merusak keseimbangan ekosistem pegunungan yang rentan. Hewan-hewan liar dapat terpapar bahan-bahan berbahaya dari sampah plastik dan logam yang sulit terurai. Selain itu, sampah juga dapat mencemari sumber air bersih di kawasan pegunungan, sehingga mengancam ketersediaan air bagi makhluk hidup di sekitarnya.

Dari sisi estetika, sampah di gunung tentu saja merusak keindahan alam yang seharusnya menjadi daya tarik utama bagi para pendaki. Alih-alih menikmati pemandangan alam yang indah, para pendaki justru harus berhadapan dengan tumpukan sampah yang mengganggu pandangan. Hal ini tidak hanya menurunkan kualitas pengalaman berwisata, tetapi juga dapat berdampak pada sektor pariwisata di kawasan tersebut.

foto sampah puntung rokok di puncak gunung andong yang saya ambil pada th 2019 (kompasiana / Yuda Manggala P.P.)
foto sampah puntung rokok di puncak gunung andong yang saya ambil pada th 2019 (kompasiana / Yuda Manggala P.P.)
Upaya untuk mengatasi masalah sampah di gunung sebenarnya telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah, organisasi pecinta alam, maupun komunitas pendaki itu sendiri. Namun, upaya-upaya tersebut seringkali terkendala oleh kurangnya kesadaran dan disiplin dari para pendaki. Banyak pendaki yang masih abai dalam membuang sampah sembarangan, bahkan ada yang sengaja meninggalkan sampah dengan alasan untuk meringankan beban selama pendakian.

foto sampah yang saya kumpulkan di puncak gunung andong pada th 2019 (kompasiana / Yuda Manggala P.P.)
foto sampah yang saya kumpulkan di puncak gunung andong pada th 2019 (kompasiana / Yuda Manggala P.P.)

Untuk mengatasinya, diperlukan langkah-langkah tegas dan sistematis. Pertama, pemerintah dan pengelola kawasan pegunungan harus menegakkan aturan yang ketat terkait pembuangan sampah dan memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya seperti contohnya pada basecamp pendakian blemblem di gunung kembang yang ada di wonosobo, di basecamp tersebut terdapat peraturan yang ketat tentang sampah, seperti pengecekan barang bawaan yang berpotensi akan menjadi sampah di sebelum pendakian dan pengecekan sampah pada saat setelah pendakian tak hanya itu terdapat denda yang besar juga untuk sampah yang hilang/tertinggal di atas gunung.

foto sanksi tegas pada basecamp blemblem gunung kembang yang saya potret (kompasiana/ Yuda manggala P.P.)
foto sanksi tegas pada basecamp blemblem gunung kembang yang saya potret (kompasiana/ Yuda manggala P.P.)

Kedua, sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat, khususnya para pendaki, perlu digalakkan. Mereka harus diberikan pemahaman yang mendalam mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan dampak negatif dari membuang sampah sembarangan. Kampanye dan program-program edukasi seperti ini dapat melibatkan berbagai pihak, seperti komunitas pecinta alam, dan media massa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun