Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di Jalan bersama Made Wianta

17 Desember 2021   18:44 Diperbarui: 17 Desember 2021   20:11 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Happening Art Street atau Jalan Made Wianta, Ubud 2001 (Doc. Wianta Foundation)

Di Jalan Bersama Made Wianta

Jalan, demikian selalu disebutkan, banyak kejadian yang berubah dengan hadirnya jalan, termasuk petaka disamping kemajuan. Khususnya di Bali orang yang dulunya biasa mengangab jalan untuk melintas tanpa kendaraan, telah berubah wajah menjadi by pass, dan tak sedikit kecelakaan terjadi setelah itu. Perjalanan waktu dengan pariwisata yang berkembang secara masif membuat jalan tak mampu menampung jumlah penggunanya.

Dulu tidak ada orang berfikir apalagi beranggapan, ini Bali atau Jakarta ?. Karena begitu damai jalan-jalan dipenuhi keriangan. Anjing, babi dan sapi dapat melenggang dengan nyaman, bahkan orang saling bertegur sapa. Artinya, jalan sudah membuat pergeseran gaya hidup yang memiliki sederet permasalahan yang harus dihadapi.

Mungkin dulu tidak ada kecelakaan karena menabrak anjing di jalan, namun kini jangan ditanya kalau tidak menabrak anjing, mungkin anjing menabrak pengendara motor di jalan.

Bagi saya, permasalahan tentang jalan sangat gamblang dihadirkan oleh Made Wianta melalui Happening Art " Street atau Jalan" sebagai sikap kritisnya melihat dan mengamati perubahan dari tahun ke tahun Jalan di Bali. 

Wianta telah mengumpulkan banyak data dengan foto-foto pribadinya tentang kejadian kecelakaan di banyak tempat di Bali. Anjing yang terlindas kendaraan, korban kecelakaan di jalan Sukawati, kecelakaan mobil di jalan By Pass Ngurah Rai, Jalan Legian Kuta, Jalur jalan Denpasar Gilimanuk, Jalan By Pass Ida Bagus Mantra, sampai kesemerawutan jalan yang di alih fungsikan oleh masyarakat.

Potret-potret itu ditunjukkan kepada saya untuk dikaji bersama yang selanjutnya ia putuskan untuk membuat helatan kegiatan seninya berupa happening art, digelar di depan Galeri 9 Lodtunduh Ubud pada tahun 2001. 

Sebagai Koordinator proyek seni sekaligus penangung jawab pelaksanaan acara, tentu saya harus menyerap apa keinginan Made Wianta untuk menyampaikan pesannya itu. Bukan saja rentetan gagasan yang akan disampaikan, tapi juga menyangkut materi apa yang akan dihadirkan.

Beruntung saya telah bekerja sama lebih awal dengan Made Wianta melalui project Art and Peace (1999), sehingga apa  yang diinginkan Wianta dapat saya serap dengan cepat, mengimplementasikan dalam skenario rangkaian kerja atas perintahnya.

Bersama sahabat Putu Suasta, Suhardi dan Kuwanto awalnya sangat susah menerjemahkan maksudnya. Wianta dapat mengingat dengan mudah deretan peristiwa dalam ingatannya, dan tugas saya bersama tim adalah menempatkan peristiwa itu menjadi kemasan tanpa tercecer saat diekspresikan di jalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun