Mohon tunggu...
Yudha Bantono
Yudha Bantono Mohon Tunggu... Penulis - Pembaca peristiwa

Veterinarian, Art and architecture writer yubantono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Pameran Seni Rupa Rosita, Spirit dalam Dua Budaya

15 September 2019   01:14 Diperbarui: 18 September 2019   09:18 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Catatan dari Pameran Tunggal Rosita Ujianti Yordey di Strasbourg Perancis 
Ketika seorang perupa merasa perlu membawa persoalan yang berlatar budaya dalam konteks seni rupa, apa yang kemudian coba disampaikan pada pubik? Itulah yang terjadi pada pameran tunggal Rosita Ujianti Yordey.  Dua budaya besar Indonesia dan Perancis menjadi spirit penting telah melahirkan karya-karyanya.

Pemandangan ruang pameran menjadi begitu indah, ada dialog diantara karya-karya lukisan Rosita yang hadir bukan saja memberikan nuansa estetika ruangan. Namun, lukisan-lukisan Rosita juga menjadi bahasa visual dalam bingkai dialog budaya.

Kamerzeli, 2019, 100 x 100 Cm, oil on canvas
Kamerzeli, 2019, 100 x 100 Cm, oil on canvas
23 karya yang di pamerkan di Hotel and Spa Bintang Lima Regent Petite France, Strasbourg  ini kesemuanya dikerjakan di atas kanvas dengan materi kopi, cat minyak dan akrilik. 

Pameran yang berjudul "Un Esprit De Cultures", keseluruhan penyajian karyanya layak dianggap sebagai presentasi yang berkaitan dengan spirit dua budaya yakni Perancis dan Indonesia khususnya Budaya Bali. 

Dan pameran ini merupakan titik awal yang sangat penting bagi Rosita dalam bereksplorasi tentang dua budaya yang sangat ia cintai.

Pelukis yang memiliki nama Bali Ni Nyoman Rosita Ujianti menyelesaikan semua karya-karyanya dengan teknik finger painting. Teknik ini sebetulnya sudah umum yaitu mengoleskan cat atau media lukis pada tangganya di atas kanvas. Bagi Rosita melukis dengan jari-jemarinya akan lebih menyentuh pada wilayah rasa dan perasaanya.

Rosita Ujianti Yordey pada pembukaan pameran di Hotel Regen Petite France, Strasburg
Rosita Ujianti Yordey pada pembukaan pameran di Hotel Regen Petite France, Strasburg
Ada hal menarik ketika menghubungkan kenapa Rosita lebih nyaman dengan teknik finger painting yaitu karena ia juga seorang penari. Sebagai penari Rosita sering merespon persoalan dengan gerak, maka sangat wajar bila medium lukis ia respon dengan jemari tanggannya. 

Ini diakui olehnya bahwa disamping rasa dan perasaan membuatnya lebih responsif dalam menerjemahkan gagasannya. Dari jemarinya inilah seolah ia bagai menari dengan kanvas sebagai latarnya.

Espace et contre Espace, 2019, 40 x 60 Cm, oil on canvas
Espace et contre Espace, 2019, 40 x 60 Cm, oil on canvas
Intensitas Rosita dalam memahami persoalan spirit budaya dapat dilihat pada pemikirannya sebagai orang Bali yang berpegangan pada nilai-nilai luhur budaya Bali. 

Manifestasi pikiran itu nampak pada statementnya bahwa Tri Hita Karana selalu hadir dan menjadi bagian penting yang melandasi pemikirannya dalam berproses menerjemahkan gagasannya. Maka tak heran bila lukisannya dengan spirit alam, manusia dan sang pencipta hadir dengan tema keharmonisan atau keseimbangan.

Sedangkan pada beberapa karya lainnya, Rosita berhasil meletakkan lima elemen dasar penyusun kehidupan alam semesta termasuk manusia di dalamnya yakni Panca Maha Bhuta. Kelima unsur tersebut diantaranya tanah, air, udara, api dan ruang angkasa.

Jardin Sauvage, 2019, 38 x 50 cm, coffee and mixed media on canvas
Jardin Sauvage, 2019, 38 x 50 cm, coffee and mixed media on canvas
Berangkat dari spirit budaya Bali inilah Rosita kemudian berdialog dengan budaya Perancis sebagai laku dimana separuh hidupnya ditambatkan di Perancis. 

Misalnya pada karya yang berjudul esprit de la nature (spirit alam), Jardin sauvage (kebun liar), Les Fleur (musim berbunga), me'moire de printemps (kenangan musim semi), La nature et moi (Saya dan alam), dan harmoni de la nature (alam harmoni) sangat terlihat bagaimana unsur alam menjadi pembicaraan penting.

Rosita juga mengusung karya yang berbicara tentang spirit dirinya sebagai orang Bali yakni karya Bayu Pinaruh, dimana ia ingin berbicara pada publik Perancis tentang penyucian diri dengan ilmu pengetahuan. Termasuk juga pada karya Visible & invisible dan Taksu.

Eruption I, 2017, 100 x 100 Cm, oil on canvas
Eruption I, 2017, 100 x 100 Cm, oil on canvas
Sedangkan ketika Gunung Agung di Bali yang meletus tahun 2017 ia jadikan catatan penting dalam seri "eruption". Bagi Rosita Gunung Agung adalah tempat sekaligus symbol spiritual tinggi bagi masyarakat Bali dan juga merupakan tempat dimana Dewa dan Dewi berada. 

Melalui seri karya "eruption" ia mencoba meletakkan penyadaran betapa pentingnya penghormatan terhadap alam. Pada seri karya ini Rosita sekaligus juga menghubungkan dengan kondisi bangsa dimana saat itu memang sedang panas, disamping semangat menyama braya atau gotong royong saling menolong terhadap saudara yang tertimpa musibah.

Setidaknya 4 karya seri eruption ini kehadirannya memiliki korelasi pada karyanya yang berkisah tentang terbakarnya Gereja Katedral Paris pada bulan April 2019 yang lalu. 

Korelasi ini menjadi tambah menarik makanakala Prof. Warsito Atase Pendidikan dan kebudayaan KBRI untuk Perancis yang membuka pameran secara resmi mengatakan bahwa salah satu contoh dialog budaya "un esprit, deux cultures" terlihat pada karya yang berbicara tentang Gunung Agung yang meletus dan Gereja Katedral Paris yang terbakar.

Norte Dame de Paris, 2019, 100 x 50 Cm, oil on canvas
Norte Dame de Paris, 2019, 100 x 50 Cm, oil on canvas
Prof. Warsito menambahkan untuk memahami budaya Indonesia secara khusus atau mengenal Indonesia secara umum, idealnya berkunjung ke Indonesia. 

Namun, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat perancis melalui seni budaya dan lukisan, dan Rosita sebagai seniman Indonesia dari Bali telah melakukannya, yaitu melalui sebentuk pameran lukisan.

Tarian Saman dari PPI Perancis di Strasbourg turut memaknai pembukaan pameran tunggal Rosita
Tarian Saman dari PPI Perancis di Strasbourg turut memaknai pembukaan pameran tunggal Rosita
Pameran tunggal Lukisan Rosita yang akan berlangsung selama tiga bulan dari 9 September sampai 9 Desember 2019 ini didukung penuh KBRI Perancis. 

Terlihat pada upacara pembukaannya tarian Puspanjali dari KBRI Perancis turut tampil memaknai, berikut pula tari Pendet dan Saman dari PPI Perancis di Strasbourg.

Keseluruhan karya Rosita dan proses kreatif yang menyertainya menjadi narasi yang menggugah kesadaran akan realitas dialog dua bangsa melalui spirit budaya. 

Rosita telah memperlihatkan  bagaimana seorang perupa memberi respon spirit budaya Indonesia dan Perancis yang harmoni itu melalui karya lukis. (YUDHA BANTONO, Strasbourg Perancis, September 2019)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun