Misalnya pada karya yang berjudul esprit de la nature (spirit alam), Jardin sauvage (kebun liar), Les Fleur (musim berbunga), me'moire de printemps (kenangan musim semi), La nature et moi (Saya dan alam), dan harmoni de la nature (alam harmoni) sangat terlihat bagaimana unsur alam menjadi pembicaraan penting.
Rosita juga mengusung karya yang berbicara tentang spirit dirinya sebagai orang Bali yakni karya Bayu Pinaruh, dimana ia ingin berbicara pada publik Perancis tentang penyucian diri dengan ilmu pengetahuan. Termasuk juga pada karya Visible & invisible dan Taksu.
Melalui seri karya "eruption" ia mencoba meletakkan penyadaran betapa pentingnya penghormatan terhadap alam. Pada seri karya ini Rosita sekaligus juga menghubungkan dengan kondisi bangsa dimana saat itu memang sedang panas, disamping semangat menyama braya atau gotong royong saling menolong terhadap saudara yang tertimpa musibah.
Setidaknya 4 karya seri eruption ini kehadirannya memiliki korelasi pada karyanya yang berkisah tentang terbakarnya Gereja Katedral Paris pada bulan April 2019 yang lalu.Â
Korelasi ini menjadi tambah menarik makanakala Prof. Warsito Atase Pendidikan dan kebudayaan KBRI untuk Perancis yang membuka pameran secara resmi mengatakan bahwa salah satu contoh dialog budaya "un esprit, deux cultures" terlihat pada karya yang berbicara tentang Gunung Agung yang meletus dan Gereja Katedral Paris yang terbakar.
Namun, ada cara lain yang bisa dilakukan untuk memperkenalkan budaya Indonesia kepada masyarakat perancis melalui seni budaya dan lukisan, dan Rosita sebagai seniman Indonesia dari Bali telah melakukannya, yaitu melalui sebentuk pameran lukisan.
Terlihat pada upacara pembukaannya tarian Puspanjali dari KBRI Perancis turut tampil memaknai, berikut pula tari Pendet dan Saman dari PPI Perancis di Strasbourg.