Mohon tunggu...
yu_ suf
yu_ suf Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Penulis Amatir

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Antara Hermeneutika Romantik dan Schleiermacher

6 Juni 2022   22:34 Diperbarui: 7 Juni 2022   02:30 1168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seperti yang telah kita ketahui bahwa, kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani, hermeneutikos. Istilah tersebut dalam bahasa Inggris dikenal dengan hermeneutic. Kata ini kerap diterjemahkan dengan to interpret (menginterpretasikan, menafsirkan, dan menerjemahkan).

Hermeneutika berarti ilmu dan teori tentang penafsiran yang bertujuan menjelaskan teks mulai dari ciri-cirinya, baik obyektif (arti gramatikal kata-kata dan variasi-variasi historisnya), maupun subyektif (maksud pengarang).

Telah diketahui, bahwa hermeneutika telah ada pada masa Yunani Kuno. Pada waktu itu, sudah ada diskursus hermeneutik sebagaimana yang terdapat dalam tulisan Aristoteles yang berjudul Peri Hermenians ( de interpretation ).

 Perkembangan hermeneutika sebagai sebuah kaidah penafsiran tidak muncul begitu saja. Terdapat banyak filsuf yang bertanggung jawab atas hal ini, antara lain; Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768- 1834), Hans--Georg Gadamer (1900-2002), Paul Ricoeur (1913) dan Jacques Derrida (1930) sebagaimana dikutip dari Rasmussen (2002).

 Pada abad pertengahan, hermeneutika bersifat teologis serta ilmu-ilmu lain dibelenggu oleh dogma agama. Ilmu-ilmu lain hanya sebagai hamba sahaya dari teologi, sehingga ketika terdapat kritik-kritik yang dirasa mengganggu atau menjadi ancaman akan langsung disingkirkan. Tak hanya itu, terdapat aturan dalam penafsiran yang membelenggu kebebasan berpikir tiap individu.

 Disinilah muncul seorang tokoh yang dikenal sebagai orang pertama yang melepaskan hermeneutika dari konteks religius (Rahman 2014), ia menentang dogmatisasi penafsiran, yakni Friedrich Ernst Daniel Schleiermacher (1768- 1834). Menurutnya, kritik-kritik dari ilmu-ilmu lain jangan dibentengi atas nama suatu otoritas pemaknaan, melainkan justru diterima sebagai masukan yang akan memperkaya pemaknaan teks suci itu sendiri.

 Schleiermacher tidak begitu saja mencetuskan teori hermenutika-nya. Jika menilik latar belakang perkembangan diri dan zamannya, ia hidup pada masa dimana dogmatisasi gereja yang mulai memudar lalu tercetusnya Kritisisme --- yang mempertanyakan daya jangkau kognitif akal budi terhadap "yang transenden" -- oleh Immanuel Kant,

 dan munculnya gerakan kultural sebagai reaksi terhadap supremasi rasio di abad pencerahan yang menjadi kaku dan cenderung rasionalistik yakni, Romantisme. Keadaan pada masa itulah yang turut membentuk latar hermeneutika Schleiermacher. Namun, hermeneutika Schleiermacher harus dilihat sebagai bagian dari pergerakan romantik awal, 1795 -- 1810, yang merevolusi kehidupan intelektual dipusat Eropa.

 Sumbangan romantisisme bagi hermeneutika Schleiermacher adalah hermeneutika sebagai upaya pemahaman teks, bukan sebagai objek intelektual dengan memetakan aturan-aturan sintaksis semata, melainkan sebagai upaya memeroleh kembali yang subjektif-individual dari balik teks tersebut dengan kebebasan imajinasi intuisi. 

 Pada dasarnya, Romantisisme berusaha melampaui sebuah problem yang disebut dengan other mine (pikiran lain), yang mana problem ini muncul tatkala sistem-sistem filsafat modern selalu berpusat pada 'aku yang transenden' dan menguniversalkannya, seperti filsafat Immanuel Kant dan Rene Descartes. 

Dan selama ini dalam memahami sebuah teks hanya terpaku pada aturan-aturan normatif pemahaman untuk mendapatkan suatu makna dari teks sehingga melupakan bahwa teks tersebut terdapat muatan emosi, perasaan dan batin dari si penulis. Reduksi pemahaman oleh aturan-aturan sintaksis-literal tersebut dapat membawa kita pada kesalahpahaman dalam menangkap maksud si penulis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun