Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Banyak Orang yang Sudah Lupa: Kesetiaan

30 Desember 2021   21:50 Diperbarui: 30 Desember 2021   21:58 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Foto koleksi pribadi

Artikel  Yoyo Setiawan tentang "kesetiaan"

Sering kita simak berita di media massa, dengan mudahnya seorang suami menjatuhkan talak kepada istrinya, ujung-ujungnya bercerai. Atau sebaliknya, sang istri menuntut bercerai kepada suaminya karena merasa tidak cinta lagi! Aduhai, betapa murahnya nilai sebuah pernikahan.

Tentu, ini tak hanya berlaku di dunia selebriti di tanah air yang segala tingkah-lakunya disorot media. Bahkan informasi yang hanya bersifat menghibur ini, kini dijadikan contoh oleh orang desa yang kurang memahami, tak bisa menyaring informasi,ironis sekali.

Yang namanya kesetiaan sekarang mulai pudar, mudah tersulut godaan setan, dan rumahtangga bubar! Ada apa dengan kesetiaan suami-istri sekarang? Apa keharmonisan selama berbulan madu di tempat nun jauh di sana telah hilang? Entah setan apa yang begitu lihai mencuci otak para pasangan manusia?

Sebenarnya, kesetiaan mudah diucapkan, sulit dilaksanakan. Yang namanya menjaga itu sulit minta ampun. Berkejaran dengan godaan dari diri sendiri dan godaan dari luar. Ini ibarat orang lomba berlari, kalau kita sebagai pemilik kesetiaan berhenti di tengah laga, menyerah, tentu sang penggoda menang. Namun jika kita berjuang gigih, walau berlari terseok-seok, kita tetap berharga dan bisa menang.

Dari sudut pandang agama, kesetiaan melengkapi sifat sabar kita dalam menghadapi onak-duri kehidupan rumahtangga manusia. Tak ada kehidupan rumahtangga yang datar-lurus saja, pastinya ada satu-dua cobaan hidup yang tak terelakkan. Kondisi jatuhnya bisnis suami, musibah menimpa anak, dan ujian hidup yang lain. Di sini kesabaran dalam keyakinan diuji Tuhan, kesetiaan pasangan dipertaruhkan. Bisa lulus atau gagal.

Kesetiaan tidak menuntut materi/ kekayaan. Ia-nya datang dari lubuk hati terdalam, kesetiaan muncul dalam bentuk ketabahan dan ketegaran menjalani pahitnya kenyataan di depan mata. Tentu ini pembuktian cinta suci, bila cintamu palsu, ambyar sudah ikatan suami-istri. Balik kanan, bubar jalan!

Cinta suci hanya pemberian Tuhan, dan hanya manusia yang hatinya beriman bisa menjaganya. Selebihnya akan mudah melirik pada manisnya godaan setan yang semu, hanya terlihat indah di kulit ari. Padahal menyembunyikan racun mematikan di belakangmu. Waspadalah, setan telah berevolusi seiring kemajuan teknologi.

Siapa bilang setan bodoh? Kalau dia bodoh, pasti hanya orang bodoh yang terbujuk mesra dengannya. Namun betapa banyak para cendikia, golongan elit yang mudah tepedaya rayuan canggih sang setan. Rayuan online, sobat! Hati-hati jaga hatimu, jaga level kesetiaanmu tetap tinggi. Dan pastikan cintamu baik-baik saja!

---&&&--

Pagak-Malang, 15-12-2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun