Mohon tunggu...
Yoyo Setiawan
Yoyo Setiawan Mohon Tunggu... Guru - Melengkapi hidup dengan membaca dan menulis; membaca untuk menghayati betapa ruginya hidup tanpa ilmu, menulis untuk meninggalkan jejak bahwa kehidupan ini begitu berwarna.

Tenaga pendidik dunia difabel yang sunyi di pedalaman kabupaten Malang. Tempat bersahaja masih di tengah kemewahan wilayah lain. Tengok penulis kala sibuk dengan anak istimewa, selanjutnya kamu bisa menikmati pantai Ngliyep nan memesona! Temani penulis di IG: @yoyo_setiawan_79

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Berburu Belut"

13 Desember 2021   00:47 Diperbarui: 13 Desember 2021   00:51 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen kisah masa kecil Yoyo Goyol (@yoyo_setiawan_79)

Terdengar suara sangat bising di belakang rumah, ada mesin sawah yang dinyalakan buat membajak tanah. Apa? Mesin sawah? Apa itu? Mesin sawah adalah "nama keren" ciptaan anak-anak untuk menyebut traktor tangan! Ada mesin sawah berarti ada belut!

Tahun 1986 mulai ada traktor sawah di desaku. Traktor tangan merek Kubota dengan mesin diesel besar, bukan model mini yang ada sekarang. Intinya mesin lebih besar, suara lebih bising dan nyetirnya pasti lebih berat.

Kala terdengar suara yang satu ini di siang hari, pasti banyak anak kecil seperti saya ikut di belakangnya. Ikut kemanapun traktor itu bergerak. Apa untungnya? Benar, sudah disebutkan di atas, untungnya adalah dapat belut!

Pastinya ada saya, Turiman, Siman dan Simin. Semua anak ini adalah si bolang. Selepas sekolah kalau bulan-bulan seperti ini, bulan musim tanam padi, pasti tempat bermainnya di sawah.

Sawah adalah tempat bermain yang paling mengasyikkan walau pulangnya nanti kena omelan mama, karena bajunya ampun! Susah payah mencucinya, sudah penuh lumpur, bau amis dan kadang sampai sobek-sobek. Anak nakal!

Terus bagaimana cara mendapatkan belutnya? Ya, ikuti saja "mesin sawah" nya dari belakang, eh, belakang tukang maculnya traktornya, ikuti terus kemanapun dia pergi. Langkahnya agak bergegas ya, kan jalannya mesin lebih cepat dari berjalannya manusia.

Nah, sekarang perhatikan tanah berlumpur di belakang tukang traktor. Tanah yang sudah dilewati roda gerigi besi terlihat seperti jalan, tanahnya basah tetapi air di atasnya menyingkir. Di atas tanah yang terlihat kering itulah terlihat banyak belut yang tergelepar tergilas roda besi.

Tugas saya dan teman-teman pasti menangkap belut-belut malang itu. Tanpa alat, hanya memakai tangan kanan yang sudah dibungkus kaoskaki terlebih dulu. Lho kok kaoskaki ? Kurang tahu kalau di kota, di desa saat itu tak kenal apa yang namanya kaostangan!

Kamu tahu kan, kalau belut itu licin. Susah sekali ditangkap. Maka anak-anak si bolang ini memanfaatkan kaoskaki agar belut tidak licin lagi, mudah ditangkap. Kami berempat selalu berlomba, siapa yang dapat belut paling sedikit, akan dinobatkan menjadi kuda tunggangan.

Caranya bagaimana? Terlihat dari hasil tangkapan belut yang ditenteng. Belut yang sudah tertangkap akan "dironce" dengan tali dari batang lidi yang diambil di pinggir sawah. Seru pastinya. Saat traktor sudah selesai, setiap anak menghitung sendiri hasil tangkapan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun