Mohon tunggu...
Dekranasda Sleman
Dekranasda Sleman Mohon Tunggu... Lainnya - Dewan Kerajinan Nasional Daerah Sleman

Marketing, Public Relations, Coorporate Social Responsibility, Media, and Journalist

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Pandemi Membuat Es Cendol Tak Lagi Segar

27 Juni 2021   08:01 Diperbarui: 28 Juni 2021   09:26 1754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis bersama Pak Alex (dokpri)

Pandemi yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 meruntuhkan berbagai macam roda ekonomi, baik makro maupun mikro. Tak terkecuali usaha milik Pak Alex, usaha es cendol yang telah dilakoni sejak 1996. Pandemi meluluhlantahkan usahanya, bahkan hingga hampir gulung tikar.

Pak Alex merasa tertatih-tatih untuk mempertahankan usahanya pada masa pandemi. Pada masa awal-awal pandemi -- Maret 2020 -- tak ada satu orang pun yang membelinya. Kota Jogja seperti kota mati.

"Sepi banget saat awal-awal itu. Gak ada satu pun yang beli, pemasukan juga gak ada. Buat makan saja susah," ujar Pak Alex.

Pak Alex yang berjualan es cendol sejak 1996, dimulai dari bujang hingga kini memiliki momongan, mengatakan kalau pandemi ini merupakan cobaan yang tidak pernah ia duga sebelumnya. "Biasanya kalau sepi, ya ... paling di bawah sepuluh, Mas. Itu pun paling sehari atau dua hari. Lha kalau sekarang, berbulan-bulan itu ga ada yang beli, Mas. Bener-bener susah waktu itu," ungkapnya.

Berjualan es cendol di perempatan sisi selatan Yogyakarta menjadi satu-satunya mata pencaharian Pak Alex untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.

Dulu, sebelum masa pandemi, Pak Alex mengatakan bisa menjual 30 hingga 50 mangkok, tetapi saat ini laku di atas 10 mangkok saja sudah bersyukur.

Pak Alex juga menuturkan alasan ia memilih berjualan es cendol sejak 1996 hingga sekarang. "Jualan es cendol itu gak susah, Mas. Apalagi saya yang sudah bertahun-tahun begini. Es cendol itu pas banget untuk dimakan siang pas panas-panas gitu, Jogja kan terhitungnya juga kota yang panas, jadi pas banget," ucapnya.

Es Cendol Pak Alex (dokpri)
Es Cendol Pak Alex (dokpri)

Jam-jam waktu pembeli ramai membeli es cendol pun sudah ia hafal. "Anak-anak sekolah sama kantoran yang paling sering beli. Waktu jam istirahat 12-an gitu rame-rame dateng beli," ungkapnya. Pak Alex berjualan hingga menjelang gelap, karena menurutnya, jam-jam segitu sudah sedikit sekali yang beli.

Pak Alex juga mengatakan ia sangat bangga dengan berjualan es cendol. Sebab, dengan ia berjualan es cendol, sama saja Pak Alex bisa mengingatkan sekaligus melestarikan makanan tradisional khas Jawa Barat pada banyak orang, khususnya anak-anak muda. "Cendol ini kan makanan asli Jawa Barat, kalau di Jogja namanya dawet ayu. Karena saya orang Tasikmalaya, jadi saya namakan es cendol," lengkapnya.

Pak Alex bercerita bahwa ia masih mempertahankan orisinalitas dagangannya dari segala aspek. Mulai dari wadah, cara membuat, dan terutama rasa. "Sejak 1996 saya jualan, gaada yang berubah, ya begini-begini saja,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun