Mohon tunggu...
Yoyo
Yoyo Mohon Tunggu... Buruh - Lorem ipsum dan lain-lain seperti seharusnya

Tour leader. Pengamat buku, kutu buku, penggila buku dan segala hal yang berbau buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Pemakaman Papa (Lanjutan)

20 Februari 2018   01:28 Diperbarui: 20 Februari 2018   01:56 633
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak ini yang sehari-hari mengurus makam Papa di Tanah Kusir.

"Oh, ya? Seperti apa lagi mimpinya?" tanya saya penasaran.

"Pernah juga aku mimpi lagi lari pagi di taman bersama Mark. Tiba-tiba ada Papa kamu duduk di bangku taman lalu melambaikan tangan sambil tersenyum."

"Kamu nggak ketakutan, kan?" tanya saya kuatir Papa menakuti Cindy.

"Sama sekali nggak takut. Justru malah bikin aku kangen sama kamu dan Papa."

"Baguslah kalau begitu," kata saya lega.

"Tapi karena mimpi itu datang terus-menerus, akhirnya aku berkesimpulan pasti ada sesuatu yang nggak beres."

Kali ini saya tidak menyahut dan hanya memeluk teman saya ini lebih erat.

"Jadi aku memutuskan untuk ke Jakarta sekalian nengokin kamu."

"Kok, kamu tau Papa dirawat di Rumah Sakit Cipto?" tanya saya penasaran.

"Aku telpon kamu tapi nggak pernah diangkat. Jadi aku telpon Mama. Dia yang kasih tau kalo Papa kamu sakit."

Ah... Papa memang luar biasa. Saya pernah menanyakan, kenapa Papa mendoakan Cindy tapi Cindynya tidak datang. Sementara orang-orang lain yang Papa doakan banyak sekali yang berkunjung. Dan ternyata saya salah. Cindy datang. Saya salah sepenuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun